Bengkulu (Antara) - Para pedagang Pasar Panorama Kota
Bengkulu mengeluhkan banyaknya pedagang yang menggelar jualan di pinggir
jalan raya, sebab mempengaruhi jumlah pembeli yang masuk ke dalam
pasar.
"Pembeli di dalam pasar sepi karena mereka membeli kebutuhan yang
disediakan pedagang yang berjualan di pinggir jalan," kata Mirna,
pedagang bumbu di dalam Pasar Panorama Kota Bengkulu, Kamis.
Ia mengharapkan kebijakan pemerintah membangun Pasar Panorama Kota
Bengkulu bahkan ditetapkan sebagai pasar percontohan seharusnya dapat
menanggulangi persoalan tersebut.
Namun, tiga tahun setelah pembangunan tahap pertama dan tahap
kedua, pada pedagang yang sudah memiliki "awning" (tenda atau kanopi)
dan kios di dalam pasar, tetap membuka lapak atau tempat berjualan di
luar pasar, atau di pinggir jalan.
"Kegiatan mereka itu merugikan kami yang berjualan di dalam ini," tambahnya.
Mirna mengatakan para pedagang yang berjualan di dalam pasar sudah
pernah protes dan berunjuk rasa dengan menggelar jualan di badan jalan
untuk mendesak pemerintah agar tegas.
Namun upaya tersebut tambah dia belum membuahkan hasil, terbukti
saat ini di bagian dalam pasar tetap kosong, padahal setiap kios dan
tenda sudah ada pemiliknya.
Pantauan di pasar tradisional percontohan nasional itu, banyak
tenda yang kosong terutama di lokasi pembangunan pasar tahap pertama.
Pembangunan tahap pertama pasar percontohan itu sudah menyediakan
92 tempat berjualan bagi pedagang kios, 250 pedagang di tenda dan 450
pedagang kaki lima.
Namun yang ditempati hanya sekitar 50 persen dan selebihnya masih berjualan di pinggir jalan.
Kepala Tata Usaha UPTD Pasar Panorama Mahadi mengatakan bahwa upaya
menertibkan para pedagang yang berjualan di pinggir jalan sudah optimal
dilakukan.
"Tapi lebih sering kucing-kucingan, ketika penertiban selesai
sekitar satu jam, mereka keluar lagi untuk berjualan," katanya. (Antara)
Pedagang pasar panorama keluhkan "pedagang liar"
Jumat, 11 April 2014 9:04 WIB 1170