Bengkulu (Antara) - Pengurus Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Bengkulu meminta para wisatawan di Pulau Tikus agar turut menjaga kelestarian terumbu karang yang menopang pulau itu.
"Kami harapkan pemandu mengingatkan tentang ekosistem terumbu karang di Pulau Tikus, sehingga wisatawan tidak ikut merusak tanpa sadar," kata Sekretaris HNSI Kota Bengkulu Romi Faislah di Bengkulu, Selasa.
Ia mengatakan dalam empat tahun terakhir, Pulau Tikus sudah menjadi salah satu tujuan wisata bahari di Kota Bengkulu.
Jumlah wisatawan yang datang ke pulau dengan luas daratan 0,65 hektare itu terus meningkat bahkan mencapai 4.000 orang dalam kurun 2011 hingga 2014.
"Sebelum berwisata ke pulau itu sebaiknya para wisatawan diberi pemahaman tentang ekosistem terumbu karang," katanya.
Kegiatan wisatawan di perairan Pulau Tikus sebagian besar adalah "snorkling" (menyelam di permukaan air) di wilayah dangkal yang ditumbuhi terumbu karang.
Pulau Tikus merupakan pulau terdekat dari Kota Bengkulu yang dapat ditempuh dalam waktu 60 menit menggunakan perahu motor nelayan.
Selain kegiatan snorkling, ombak Pulau Tikus juga menarik bagi peselancar atau surfing.
Edy Putra Wansyah, koordinator Bengkulu Rafflesia Diving Club (RBDC), komunitas penyelam yang rutin menggelar konservasi terumbu karang di Pulau Tikus mengatakan aktivitas pariwisata juga turut mempengaruhi kondisi terumbu karang di perairan itu.
"Para wisatawan perlu diberi pemahaman tentang perlindungan terumbu karang bahkan bisa dijadikan kegiatan konservasi," tambahnya.
Para wisatawan, tambah dia, dapat dilibatkan untuk melakukan perlindungan terumbu karang, seperti transplantasi dan lainnya.
Berdasarkan data RBDC pada 2013 bahwa kerusakan terumbu karang perairan Pulau Tikus mencapai 40 persen dari 200 hektare luasan terumbu karang yang menopang pulau tersebut.***1***