Kuala Lumpur (Antara Bengkulu) - Seorang pemilik rumah bordil menjadikan enam perempuan warga negara Malaysia sebagai wanita tuna susila (WTS) di Willoughby, Australia, sebagai pembayar utang mereka untuk datang ke negeri kanguru itu.

Semua perempuan tersebut dipaksa bekerja sebagai pelacur selama 20 jam setiap hari, demikian dilaporkan media-media lokal di Kuala Lumpur, Selasa.

Tersangka Wong Chee Mei (37) atau dikenal sebagai Yoko mengakui hal tersebut di hadapan Pengadilan Daerah New South Wales, Sydney setelah dia dituduh menggaji enam perempuan keturunan India yang diambil dari Malaysia dan masuk ke Australia dengan visa pelajar.

Namun tersangka mengaku tidak bersalah atas tuduhan eksploitasi seks dan enam tuduhan melanggar visa.

Jaksa Carolyn Davenport SC mengatakan, para korban hanya bisa sedikit bahasa Inggris, bahkan sebagian ada yang tidak tahu sama sekali, dan mereka tidak boleh meninggalkan rumah bordil hingga mereka melunasi utang untuk tiket penerbangan serta biaya pendidikan sekitar 5 ribu dolar Australia.

Namun, setelah utang yang dimaksud lunas, Chee Mei tetap melarang mereka meninggalkan rumah bordil dan mengancam akan membatalkan visa mereka, kata Davenport.

Sementara pengacara Chee Mei, Bruce Quinn mengatakan masalah tersebut merupakan "pertikaian perusahaan" yang sengaja ditimbulkan agar para perempuan tersebut bisa tetap tinggal di Australia.

Berdasar hasil kajian pada Oktober 2012, sekitar 2.000 wanita yang kebanyakan dari Asia Tenggara diselundupkan ke Australia setiap tahun dan dipaksa menjadi pekerja seks di rumah bordil dan kawasan "lampu merah" di dua kota di negara tersebut.

"Wanita-wanita itu dipaksa atau diperdaya supaya terjerumus ke dalam industri seks sejak usia muda dan mereka tidak tahu melakukan pekerjaan lain," kata Profesor Madya Universitas Queensland Julie Hepworth.

Mereka juga takut pulang karena khawatir dikucilkan oleh penduduk di kampung halaman mereka, katanya. (ANT)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013