Warga Sumatera Selatan positif terinfeksi COVID-19 masih terus bertambah menjadi 725 kasus pada hari terakhir Ramadhan 1441 Hijriah atau Sabtu (23/5) dengan mayoritas berasal dari Kota Palembang.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Sumatera Selatan Yusri di Palembang, Sabtu (23/5), mengatakan penambahan kasus itu berasal dari Kota Palembang (29 kasus), Kabupaten Ogan Komerng Ulu Timur (1) dan Kota Lubuklinggau (2).

"Total tambahan 32 kasus, satu kasus dari Lubuklinggau berstatus impor dan sisanya berstatus penularan lokal," ujarnya.

Kasus baru termuda, yakni kasus 694, balita laki-laki usia tiga tahun dari Kota Palembang, sedangkan tambahan kasus paling tua tercatat kasus 723, perempuan usia 73 tahun asal Lubuklinggau.

Total 729 kasus itu menyebar di Kota Palembang (zona merah) dengan 417 kasus, disusul Lubuklinggau (zona merah) 54 kasus, Ogan Ilir (zona kuning) 45 kasus, Kabupaten Ogan Komering Ilir (zona kuning) 31 kasus, Ogan Komering Ulu (zona merah) 33 kasus, Banyuasin (zona merah) 45 kasus, dan Prabumulih (zona merah) 20 kasus.

Kasus lainnya tersebar di tujuh wilayah zona kuning, yakni Kabupaten Musi Rawas Utara (19), Musi Rawas (15), Muara Enim (13), Lahat (delapan), Musi Banyuasin (tujuh), Ogan Komering Ulu Timur (7), serta Ogan Komering Ulu Selatan dan Pagaralam (1), khusus dari luar Sumsel namun dirawat di Sumsel sembilan kasus.

Selain kasus positif, kasus meninggal yang terlaporkan juga bertambah dua orang dari Banyuasin (kasus 363) dan Ogan Komering Ulu Selatan (kasus 689) sehingga total menjadi 24 kasus, sedangkan kasus sembuh yang bertambah lima orang, yakni dua orang dari Banyuasin dan tiga orang dari Lubuklinggau, sehingga total kasus sembuh di Sumsel mencapai 100 kasus.

Jika melihat hasil sampel yang telah diuji, maka jumlah sampel yang positif tercatat dua kali lebih banyak (725 orang) dibandingkan dengan sampel yang negatif (379 orang), serta masih ada 2.011 sampel orang yang masih diperiksa.

Pihaknya mengimbau masyarakat tetap mematuhi imbauan pemerintah, khususnya saat Idul Fitri pada Minggu, dengan tidak berpindah-pindah tempat tanpa adanya upaya pencegahan COVID-19.

"Mungkin 'sanjo-sanjo'-nya perlu ditunda dulu, cobalah untuk memanfaatkan teknologi yang ada saat ini, kalau masyarakat tidak patuh maka tidak akan putus penyebaran COVID-19. Anggap saja semua orang sudah tertular COVID-19 agar kedisiplinan menggunakan masker, social distancing dan kebiasaan mencuci tangan semakin meningkat," kata dia.

Pewarta: Aziz Munajar

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020