Daya beli masyarakat Kota Bengkulu memasuki era adaptasi baru pasca pandemi COVID-19 masih tergolong rendah yakni baru 60 persen.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Bengkulu mencatat daya beli yang turun dipengaruhi kegiatan bekerja dari rumah dan pembatasan jarak sosial.

"Penurunan daya beli dipengaruhi WFH dan sosial distancing masa pandemi saat ini, di mana masyarakat masih enggan untuk belanja di pasar," kata Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Provinsi Bengkulu, Firman Surya, Minggu. 

Ia menyebutkan, daya beli masyarakat sempat merosot 40 persen pada rentang waktu Maret hingga Mei 2020.

Kemudian mulai naik perlahan dalam satu bulan terakhir hingga saat ini menjadi 60 persen.

Firman menambahkan, penurunan daya beli masyarakat berakibat pada penekanan kelangkaan bahan pangan. 

"Sebelumnya, stok gula sempat mengalami kelangkaan dan harus mengimpor dari luar negeri. Dari 21 bahan pokok, tidak ada kenaikan kecuali harga telur, yang harganya saat ini mencapai Rp 45 ribu sampai Rp 47 ribu," katanya.

Pewarta: Bisri Mustofa

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020