Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia memiliki potensi karbon yang luar biasa dari hutan hujan yang ada di Tanah Air.
"Indonesia merupakan rumah bagi hutan hujan yang masih utuh, dengan hutan tropis terbesar ketiga di dunia sekitar 200 ton karbon tak terpulihkan (irrecoverable) per hektare dibandingkan Amazon yaitu sekitar 100 ton karbon per hektare," kata Luhut Pandjaitan dalam webinar "Bersama Menjaga Hutan Indonesia", Rabu.
Luhut Pandjaitan mengatakan Indonesia juga memiliki hutan bakau (mangrove) seluas 3,4 juta hektare dan merupakan sepertiga cadangan karbon pesisir global yang penting untuk adaptasi dan ketahanan dalam menghadapi bencana alam dan perubahan iklim.
"Hutan bakau Indonesia menghasilkan sekitar 500 ton karbon tak terpulihkan per hektare dan merupakan biomass carbon terkaya dunia selain dari lahan gambut tropis. Karena itu, ini perlu kita cermati, bahwa kita memiliki power yang luar biasa sebenarnya," kata Luhut Pandjaitan.
Luhut menuturkan upaya melindungi dan menjaga ekosistem hutan Indonesia merupakan strategi penting. Di sisi lain, upaya tersebut membutuhkan dukungan kebijakan maupun pendanaan.
"Eloknya program strategis ini harus dikaitkan dengan target pengentasan kemiskinan dan pemberantasan illegal logging (pembalakan liar). Illegal logging ini jadi isu yang harus betul-betul kita tackle (tangani)," imbuh Luhut Pandjaitan.
Luhut menambahkan upaya menjaga dan melindungi hutan harus dilakukan bersama dengan melibatkan multipihak dalam kelestarian hutan. "Kementerian, pemda terus bersinergi dengan TNI/Polri dan mendengarkan masukan swasta dan BUMN termasuk menggunakan teknologi informasi dan satelit," katanya.
Sementara itu Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Maritim dan Investasi Nani Hendiarti mengatakan berdasarkan sebarannya, dari data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2017, Kalimantan merupakan pulau kedua setelah Papua yang memiliki luas hutan terbesar di Indonesia dengan luas 26,7 juta hektare.
Sayangnya, meski luas, laju penyusutan hutan atau deforestasi cukup tinggi, yakni mencapai 143,1 ribu hektare pada 2018. Luas lahan rehabilitasi di Kalimantan juga tercatat masih sangat rendah yakni hanya 23,5 ribu hektare pada 2019.
"Ini yang jadi masalah, tidak balance (seimbang) dengan luas rehabilitasinya," kata Nani.
Nani menuturkan masalah kehutanan yang dihadapi antara lain pembalakan liar, tambang ilegal, perburuan ilegal, penyelundupan satwa, kebakaran hutan, perambahan hutan dan konflik lahan.
"Ini terjadi di beberapa pulau juga tapi di Kalimantan lebih kompleks memang. Maka ini yang harus didorong untuk bisa diperbaiki," kata Nani.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020
"Indonesia merupakan rumah bagi hutan hujan yang masih utuh, dengan hutan tropis terbesar ketiga di dunia sekitar 200 ton karbon tak terpulihkan (irrecoverable) per hektare dibandingkan Amazon yaitu sekitar 100 ton karbon per hektare," kata Luhut Pandjaitan dalam webinar "Bersama Menjaga Hutan Indonesia", Rabu.
Luhut Pandjaitan mengatakan Indonesia juga memiliki hutan bakau (mangrove) seluas 3,4 juta hektare dan merupakan sepertiga cadangan karbon pesisir global yang penting untuk adaptasi dan ketahanan dalam menghadapi bencana alam dan perubahan iklim.
"Hutan bakau Indonesia menghasilkan sekitar 500 ton karbon tak terpulihkan per hektare dan merupakan biomass carbon terkaya dunia selain dari lahan gambut tropis. Karena itu, ini perlu kita cermati, bahwa kita memiliki power yang luar biasa sebenarnya," kata Luhut Pandjaitan.
Luhut menuturkan upaya melindungi dan menjaga ekosistem hutan Indonesia merupakan strategi penting. Di sisi lain, upaya tersebut membutuhkan dukungan kebijakan maupun pendanaan.
"Eloknya program strategis ini harus dikaitkan dengan target pengentasan kemiskinan dan pemberantasan illegal logging (pembalakan liar). Illegal logging ini jadi isu yang harus betul-betul kita tackle (tangani)," imbuh Luhut Pandjaitan.
Luhut menambahkan upaya menjaga dan melindungi hutan harus dilakukan bersama dengan melibatkan multipihak dalam kelestarian hutan. "Kementerian, pemda terus bersinergi dengan TNI/Polri dan mendengarkan masukan swasta dan BUMN termasuk menggunakan teknologi informasi dan satelit," katanya.
Sementara itu Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Maritim dan Investasi Nani Hendiarti mengatakan berdasarkan sebarannya, dari data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2017, Kalimantan merupakan pulau kedua setelah Papua yang memiliki luas hutan terbesar di Indonesia dengan luas 26,7 juta hektare.
Sayangnya, meski luas, laju penyusutan hutan atau deforestasi cukup tinggi, yakni mencapai 143,1 ribu hektare pada 2018. Luas lahan rehabilitasi di Kalimantan juga tercatat masih sangat rendah yakni hanya 23,5 ribu hektare pada 2019.
"Ini yang jadi masalah, tidak balance (seimbang) dengan luas rehabilitasinya," kata Nani.
Nani menuturkan masalah kehutanan yang dihadapi antara lain pembalakan liar, tambang ilegal, perburuan ilegal, penyelundupan satwa, kebakaran hutan, perambahan hutan dan konflik lahan.
"Ini terjadi di beberapa pulau juga tapi di Kalimantan lebih kompleks memang. Maka ini yang harus didorong untuk bisa diperbaiki," kata Nani.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020