Bengkulu (Antara Bengkulu) - Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota Bengkulu Rusdi Syam mengatakan pihaknya menindaklanjuti ajaran yang meresahkan masyarakat dengan pengajar Mulyadi untuk dihentikan.
"Banyak sekali kategori menyimpang dari ajaran itu, mereka menafsirkan Alquran dengan pendapatnya sendiri, cara ibadahnya tidak seperti cara ibadah Rasulullah, sudah melanggar rukun Islam," kata Ketua MUI Kota Bengkulu itu ketika berada di Mapolsek Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu, Rabu.
Dia mengatakan bahwa ajaran yang disampaikan Mulyadi telah meresahkan masyarakat sekitar, sehingga Badan Koodinasi Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (BAKORPAKEM) yang di dalamnya termasuk MUI, bersama-sama menindaklanjuti agar kegiatan yang dilakukan Oleh Mulyadi dihentikan.
"Kita baru saja melakukan pertemuan dengan Pak Mulyadi selaku pelaksana di Bengkulu ini, tindakan dia ini sudah tiga kali ditentang oleh masyarakat sekitar," kata Kapolres Kota Bengkulu, AKBP H Joko Suprayitno.
Kapolres Kota Bengkulu itu mengatakan bahwa kegitan Mulyadi mendapat penentangan dari masyarakat sekitar sehingga tadi malam tempat kegiatan biasa berlangsung di Bentiring diserang warga serta dilempari batu.
"Ada anak yang tidak setuju dengan bapaknya ikut pengajian itu jadi anak datang, dan terjadi tiga kali pengrusakan, dan nanti tetap kita laksanakan pengamanan dan penyidikan," kata dia.
Menurut keterangan terduga, kapolres menambahkan jaringan aliran yang dibawa oleh Mulyadi tidak hanya dalam ruang lingkup kota.
"Kata Pak Mulyadi tadi, ada dari Malaysia, ada dari pulau Jawa, Sulawesi, makanya nanti akan kita adakan koordinasi, dan nama perkumpulan ini masih belum diketahui, tidak punya nama, tidak punya badan hukum, tetapi kita lihat terorganisir," kata kapolres itu.
Namun menurut Kapolres Kota Bengkulu tersebut, Mulyadi telah membuat perjanjian untuk tidak melanjutkan kegiatannya supaya tidak mendapat tindakan anarkis dari warga.
Sedangkan Mulyadi sendiri yang merupakan salah satu dosen keguruan jurusan bahasa inggris di sebuah PTN terkemukan di Kota bengkulu mengatakan bahwa dia tidak mengajarkan ajaran sesat, namun menurut dia kegiatan yang dilakukannnya merupakan sebuah forum diskusi keagamaan.
"Awalnya saya menulis buku dengan nama `Alquran Jilid Kulit` dan buku saya itu tersebar luas secara umum maka banyak yang mengundang, sehingga kita melakukan diskusi ini. Kami di sini mengkaji isi alquran," katanya.
Ia mengatakan bahwa tidak ada motivasi tertentu dari kegiatan ajaran yang dia sebarkan dan menurutnya orang yang mengikuti kegiatannya datang dari berbagai kalangan.
"Motivasi saya hanya ingin berbagi, sama seperti kalian wartawan, kalau ada anak baru maka kalian pasti termotivasi untuk memberikan apa yang kalian tahu, begitu juga saya, dan yang ikut dari beragam kalangan," kata dia.
Menurutnya kegiatan yang dia lakukan telah berlangsung lama yang pada awalnya dilakukannya di rumah pribadi.
"Di rumah saya sendiri telah berlangsung 10 tahun, kalau di sini saya baru beli lahan dan baru saya bangun, kegiatan pindah ke sini baru satu tahun," kata dia.
Di lokasi tempat Mulyadi biasa melakukan kegiatan terlihat banyaknya batu sisa lemparan warga di ruangan, serta berbagai macam buku keagamaan termasuk juga kitab-kitab agama lain.*
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
"Banyak sekali kategori menyimpang dari ajaran itu, mereka menafsirkan Alquran dengan pendapatnya sendiri, cara ibadahnya tidak seperti cara ibadah Rasulullah, sudah melanggar rukun Islam," kata Ketua MUI Kota Bengkulu itu ketika berada di Mapolsek Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu, Rabu.
Dia mengatakan bahwa ajaran yang disampaikan Mulyadi telah meresahkan masyarakat sekitar, sehingga Badan Koodinasi Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (BAKORPAKEM) yang di dalamnya termasuk MUI, bersama-sama menindaklanjuti agar kegiatan yang dilakukan Oleh Mulyadi dihentikan.
"Kita baru saja melakukan pertemuan dengan Pak Mulyadi selaku pelaksana di Bengkulu ini, tindakan dia ini sudah tiga kali ditentang oleh masyarakat sekitar," kata Kapolres Kota Bengkulu, AKBP H Joko Suprayitno.
Kapolres Kota Bengkulu itu mengatakan bahwa kegitan Mulyadi mendapat penentangan dari masyarakat sekitar sehingga tadi malam tempat kegiatan biasa berlangsung di Bentiring diserang warga serta dilempari batu.
"Ada anak yang tidak setuju dengan bapaknya ikut pengajian itu jadi anak datang, dan terjadi tiga kali pengrusakan, dan nanti tetap kita laksanakan pengamanan dan penyidikan," kata dia.
Menurut keterangan terduga, kapolres menambahkan jaringan aliran yang dibawa oleh Mulyadi tidak hanya dalam ruang lingkup kota.
"Kata Pak Mulyadi tadi, ada dari Malaysia, ada dari pulau Jawa, Sulawesi, makanya nanti akan kita adakan koordinasi, dan nama perkumpulan ini masih belum diketahui, tidak punya nama, tidak punya badan hukum, tetapi kita lihat terorganisir," kata kapolres itu.
Namun menurut Kapolres Kota Bengkulu tersebut, Mulyadi telah membuat perjanjian untuk tidak melanjutkan kegiatannya supaya tidak mendapat tindakan anarkis dari warga.
Sedangkan Mulyadi sendiri yang merupakan salah satu dosen keguruan jurusan bahasa inggris di sebuah PTN terkemukan di Kota bengkulu mengatakan bahwa dia tidak mengajarkan ajaran sesat, namun menurut dia kegiatan yang dilakukannnya merupakan sebuah forum diskusi keagamaan.
"Awalnya saya menulis buku dengan nama `Alquran Jilid Kulit` dan buku saya itu tersebar luas secara umum maka banyak yang mengundang, sehingga kita melakukan diskusi ini. Kami di sini mengkaji isi alquran," katanya.
Ia mengatakan bahwa tidak ada motivasi tertentu dari kegiatan ajaran yang dia sebarkan dan menurutnya orang yang mengikuti kegiatannya datang dari berbagai kalangan.
"Motivasi saya hanya ingin berbagi, sama seperti kalian wartawan, kalau ada anak baru maka kalian pasti termotivasi untuk memberikan apa yang kalian tahu, begitu juga saya, dan yang ikut dari beragam kalangan," kata dia.
Menurutnya kegiatan yang dia lakukan telah berlangsung lama yang pada awalnya dilakukannya di rumah pribadi.
"Di rumah saya sendiri telah berlangsung 10 tahun, kalau di sini saya baru beli lahan dan baru saya bangun, kegiatan pindah ke sini baru satu tahun," kata dia.
Di lokasi tempat Mulyadi biasa melakukan kegiatan terlihat banyaknya batu sisa lemparan warga di ruangan, serta berbagai macam buku keagamaan termasuk juga kitab-kitab agama lain.*
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013