Ganda campuran Jepang Jun Mizutani dan Mima Ito menumbangkan pasangan China Xu Xin dan Liu Shiwen yang lama tak terkalahkan untuk mempersembahkan medali emas ganda campuran tenis meja pertamanya dalam Olimpiade.
Bagi Mizutani, ini adalah medali Olimpiade ketiganya. Sementara bagi Ito merupakan medali kedua sejak Olimpiade Rio. Namun baru kali ini mereka merebut medali emas dan sekaligus pemain non China pertama yang merebut emas nomor ini sejak 2004.
Petenis meja Jepang berusia 32 tahun itu memeluk rekan senegaranya saat merebut gelar ini, namun pelukan itu saking kuatnya sampai Ito mendorongnya sambil berkata "sakit".
Xu yang berperingkat 2 dunia putra dan Liu yang juara dunia memimpin setelah dua gim pertama tetapi Mizutani dan Ito bangkit guna memenangkan gim ketiga.
Ketika pasangan Cina itu bangkit pada gim keenam, pasangan Jepang tersebut tak mau kehilangan momentum untuk kemudian mengalahkan lawan mereka dengan 5-11, 7-11, 11-8, 11-9, 11-9, 6-11, 11-6.
Bagi Mizutani dan Ito yang berperingkat kedua di dunia pada bagian putri dan keduanya berasal dari kampung halaman sama sehingga sudah saling kenal sejak kecil, kemenangan 4-3 atas Xu dan Liu itu adalah balas dendam yang manis.
Mereka kalah dari pasangan China itu dalam final ganda campuran Grand Final Tur Dunia ITTF dan Tur Dunia Swedia Terbuka 2019 ditambah Tur Dunia Jerman Terbuka satu tahun kemudian.
"Kami berkali-kali kalah melawan China dalam Olimpiade dan kejuaraan dunia, tetapi kami mampu membalas semua itu pada Olimpiade Tokyo," kata Mizutani kepada wartawan.
"Saya merasa bagaikan dalam mimpi, betapa bahagianya saya," sambung dia seperti dikutip Reuters.
China sejak lama memiliki reputasi sebagai penguasa tenis meja dunia dengan memenangkan 28 dari 32 medali emas yang diberikan sejak tenis meja mulai dilombakan dalam Olimpiade 1988, termasuk delapan gelar tunggal putri.
Xu dan Liu yang diam-diam memasukkan medali perak ke dalam saku mereka begitu menuruni podium, menyebut kekalahan mereka "tak dapat diterima".
"Saya sulit menerimanya," kata Liu pada konferensi pers setelah kekalahan itu. "Saya minta maaf kepada tim saya."
"Saya tahu semua penggemar memiliki harapan tinggi terhadap final ini," tambah Xu.
"Tak masalah apa yang terjadi sebelum final, orang hanya akan mengingat siapa juaranya dan siapa yang berdiri di puncak podium. Saya kira bagi tim hasil ini tak bisa diterima."
Pada pertandingan perebutan medali perunggu, ganda campuran nomor satu dunia Lin Yun Ju/Cheng I Ching dari Taiwan menang telak 4-0 atas duo Prancis Emmanuel Lebesson/Yuan Jia Nan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021
Bagi Mizutani, ini adalah medali Olimpiade ketiganya. Sementara bagi Ito merupakan medali kedua sejak Olimpiade Rio. Namun baru kali ini mereka merebut medali emas dan sekaligus pemain non China pertama yang merebut emas nomor ini sejak 2004.
Petenis meja Jepang berusia 32 tahun itu memeluk rekan senegaranya saat merebut gelar ini, namun pelukan itu saking kuatnya sampai Ito mendorongnya sambil berkata "sakit".
Xu yang berperingkat 2 dunia putra dan Liu yang juara dunia memimpin setelah dua gim pertama tetapi Mizutani dan Ito bangkit guna memenangkan gim ketiga.
Ketika pasangan Cina itu bangkit pada gim keenam, pasangan Jepang tersebut tak mau kehilangan momentum untuk kemudian mengalahkan lawan mereka dengan 5-11, 7-11, 11-8, 11-9, 11-9, 6-11, 11-6.
Bagi Mizutani dan Ito yang berperingkat kedua di dunia pada bagian putri dan keduanya berasal dari kampung halaman sama sehingga sudah saling kenal sejak kecil, kemenangan 4-3 atas Xu dan Liu itu adalah balas dendam yang manis.
Mereka kalah dari pasangan China itu dalam final ganda campuran Grand Final Tur Dunia ITTF dan Tur Dunia Swedia Terbuka 2019 ditambah Tur Dunia Jerman Terbuka satu tahun kemudian.
"Kami berkali-kali kalah melawan China dalam Olimpiade dan kejuaraan dunia, tetapi kami mampu membalas semua itu pada Olimpiade Tokyo," kata Mizutani kepada wartawan.
"Saya merasa bagaikan dalam mimpi, betapa bahagianya saya," sambung dia seperti dikutip Reuters.
China sejak lama memiliki reputasi sebagai penguasa tenis meja dunia dengan memenangkan 28 dari 32 medali emas yang diberikan sejak tenis meja mulai dilombakan dalam Olimpiade 1988, termasuk delapan gelar tunggal putri.
Xu dan Liu yang diam-diam memasukkan medali perak ke dalam saku mereka begitu menuruni podium, menyebut kekalahan mereka "tak dapat diterima".
"Saya sulit menerimanya," kata Liu pada konferensi pers setelah kekalahan itu. "Saya minta maaf kepada tim saya."
"Saya tahu semua penggemar memiliki harapan tinggi terhadap final ini," tambah Xu.
"Tak masalah apa yang terjadi sebelum final, orang hanya akan mengingat siapa juaranya dan siapa yang berdiri di puncak podium. Saya kira bagi tim hasil ini tak bisa diterima."
Pada pertandingan perebutan medali perunggu, ganda campuran nomor satu dunia Lin Yun Ju/Cheng I Ching dari Taiwan menang telak 4-0 atas duo Prancis Emmanuel Lebesson/Yuan Jia Nan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021