Kairo (Antara/Xinhua-OANA) - Sektor barang antik Mesir telah menderita akibat penjarahan, penghentian penggalian, dan kekurangan dana sejak awal kerusuhan 2011, kata menteri urusan barang antik negeri itu dalam wawancara baru-baru ini dengan Xinhua.

"Sedikitnya 2.000 artefak telah dicuri sejak meletusnya kerusuhan politik dan kekacauan pada 2011 di Mesir," kata Mohamed Ibrahim.

Museum nasional Mesir di pusat Kota Kairo mengalami pukulan paling keras sebab banyak peninggalan sangat berharganya dicuri pada 28 Januari 2011, kata Ibrahim. "Hanya 26 barang ditemukan di museum nasional dan semuanya dipamerkan lagi setelah pemugaran pada akhir September."

Polisi internasional dan organisasi kebudayaan seperti UNESCO telah diberitahu untuk memasukkan artefak yang dicuri di Daftar Merah, yang barangnya dilindungi dari pelelangan dan galeri seni, ia menambahkan.

Meskipun pemerintah baru melancarkan upaya untuk melindungi barang antik, Malawi National Museum di Kota Upper Mesir, Minya, diserbu pada Agustus.

Ibrahim berkata, "Malawi Museum memiliki 1.089 artefak; 32 mumi dan patung dihancurkan karena terlalu berat untuk dibawa, dan lebih dari 1.000 artefak dicuri."

Serangan tersebut dipandang sebagai reaksi terhadap operasi pembubaran terhadap dua aksi duduk untuk mendukung presiden terdepak Mohamed Moursi pada pertengahan Agustus.

Ia menambahkan kementeriannya dengan susah-payah menemukan kembali 486 artefak, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin siang. Barang antik yang ditemukan kembali meliputi  patung batu gamping yang berusia 3.500 tahun dan berharga, permata manik-manik, beberapa koin emas dan perunggu Yunani-Roma, dan beberapa patung hewan dari perunggu serta tembikar yang suci buat Thoth, salah satu dewa Mesir kuno dengan kepala sejenis bangau.

Sebanyak 104 artefak milik tempat penyimpanan Giza juga telah dikumpulkan kembali, katanya. Ia menambahkan kementeriannya kadang-kala dibantu oleh militer dalam menemukan barang berharga di negeri tersebut.

Mengenai penggalian, menteri itu mengatakan masalah keamanan maupun keuangan di Mesir tidak cocok untuk pekerjaan tersebut. Ibrahim mengatakan pemasukan merosot akibat berkurangnya wisawatan asing.

Ia menyatakan penggalian tidak sah banyak terjadi di Timur Tengah dan bukan hanya di Upper Mesir, dan langkah keamanan tidak cukup untuk mencegah penjarah yang memiliki senjata otomatis dan kendaraan sport utility.

Ia menyerukan penggunaan peralatan pemantau elektronik dan satelit guna memerangi penggalian tidak sah.

Sementara itu, Ibrahim menyatakan Mesir adalah tempat persinggahan bagi artefak yang diselundupkan dan beberapa artefak dari negara Amerika Latin telah disita di bandar udara Kairo.

Menurut kesepakatan UNESCO yang ditandatangani pada 1970, hanya relik yang terdaftar dapat dilaporkan dicuri. Namun, upaya diplomatik telah membantu menemukan kembali artefak di berbagai negara yang tidak menandatangani kesepakatan itu. (Antara)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013