Ramallah (Antara/Xinhua-OANA) - Pemerintah Otonomi Nasional Palestina (PNA) akan meminta UNESCO mengirim satu misi untuk menyelidiki perbuatan Israel baru-baru ini di Jerusalem Timur, terutama terhadap Masjid Al-Aqsha, kata seorang pejabat senior PNA, Rabu (9/10).

"UNESCO mesti turun-tangan dan menyelidiki tindakan ini, terutama penggalian terowongan di bawah Masjid Al-Aqsha," kata Menteri Urusan Luar Negeri PNA Reyad Al-Malki dalam satu wawancara radio.

Belakangan ini, satu kelompok Palestina yang menamakan diri Perhimpunan Al-Aqsha bagi Warisan dan Harta Islam memperingatkan dalam satu pernyataan pers mengenai rencana Israel untuk menggali terowongan di bawah kompleks Masjid Al-Aqsha.

Kelompok tersebut menyatakan penggalian itu bertujuan untuk membuat elevatof vertikal, pintu masuk dan koridor horizontal di bawah tanah yang menuju daerah Tembok Ratapan Yahudi. Pernyataan itu juga mengatakan rencana tersebut akan menelan biaya 10 juta dolar AS untuk mendorong pariwisata Israel di Kota Tua Jerusalem.

Sementara itu, PNA pada Rabu mengutuk keputusan resmi Israel untuk membangun sebanyak 58 unit rumah di bagian timur Jerusalem, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi. PNA menyatakan kegiatan semacam itu sepenuhnya tidak sah.

Pimpinan Palestina tersebut kembali menyampaikan seruan kepada masyarakat internasional agar turun-tangan menghentikan kegiatan permukiman Israel di wilayah yang diduduki oleh Israel pada 1967, termasuk Jerusalem Timur.

Permukiman itu, katanya adalah penghalang utama yang merintangi dicapainya kesepakatan perdamaian melalui pembicaraan.

Pada penghujung Juli, Israel dan Palestina melanjutkan pembicaraan perdamaian langsung mereka yang ditaja Amerika Serikat, setelah pembicaraan tersebut macet selama tiga tahun. Sembilan babak pembicaraan sudah diselenggarakan antara kedua pihak tanpa menghasilkan kemajuan nyata.

Adnan Al-Husseini, Menteri PNA Urusan Jerusalem, memberitahu Xinhua pengumuman Israel untuk membangun 58 unit rumah di satu permukiman di Jerusalem Timur kembali memperlihatkan Israel bertekad untuk melanjutkan pembangunan permukiman meskipun Palestina dan masyarakat internasional menyeru negara Yahudi agar menghentikannya.

"Permintaan Israel agar tidak ada pengaitan antara kegiatan permukiman yang berlanjut dan dilanjutkannya pembicaraan perdamaian tak pernah diterima," kata pejabat PNA itu.

Sebanyak setengah juta pemukim Yahudi tinggal di 120 permukiman Yahudi yang dibangun di wilayah Palestina yang diduduki oleh Israel pada 1967, termasuk Tepi Barat Sungai Jordan dan Jerusalem Timur. Sebanyak 2,7 juta orang Palestina tinggal di kedua wilayah tersebut.

Masalah Jerusalem adalah masalah utama yang akan dirundingkan oleh Palestina dan Israel dalam pembicaraan status permanen mereka. Palestina ingin bagian timur kota itu menjadi ibu kota negara masa depan mereka, sedangkan Israel mengingini seluruh kota tersebut sebagai ibu kota abadi negara Yahudi.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013