Merkuri telah digunakan sekitar 3.000 tahun dalam sejarah manusia. Logam ini bermanfaat dalam proses pembuatan barometer, manometer, termometer, kosmetik pemutih, dan amalgam gigi.
Keracunan merkuri di tempat kerja sering dialami para pekerja pabrik pembuatan topi di Eropa pada abad ke-19. Di Korea, korban keracunan merkuri akibat pajanan konsentrasi tinggi di tempat kerja terlihat di pabrik termometer, pabrik lampu neon, dan industri pemrosesan ulang limbah dari tahun 1980-an hingga awal tahun 2000-an (Ye BJ dkk, 2016).
Di Indonesia, sebuah laporan inventarisasi merkuri mengidentifikasi bahwa hampir sebanyak 60 persen dari emisi merkuri atau sekitar 307.125 kg Hg/tahun dilepas ke udara berasal dari sektor pertambangan emas skala kecil (Mercury Country Situation Report Indonesia, 2018).
Studi lain mengungkapkan bahwa 18-23 persen para pekerja tambang di Indonesia menderita intoksikasi uap merkuri logam kronis atau chronic metallic mercury vapour intoxication (Steckling dkk, 2017).
Bentuk dan karakteristik
Merkuri dijumpai dalam berbagai bentuk. Misalnyam logam, persenyawaan anorganik, dan organik. Beragam bentuk itu berefek pada keberanekaragaman pola dalam hal sirkulasi ekosistem, akumulasi, paparan pada tubuh manusia, efek biologis, dan toksisitas.
Merkuri logam (metallic mercury) umumnya diserap melalui saluran pernapasan. Bila tidak sengaja tertelan, merkuri tidak berbahaya karena membentuk globul sehingga tidak diserap oleh sistem pencernaan manusia.
Selain itu, karena karakteristiknya yang larut dalam lemak, merkuri dengan mudah melewati penghalang sel alveoli di paru-paru dan teroksidasi menjadi merkuri anorganik (inorganic mercury), lalu bergabung dengan protein dan memberikan efek kumulatif. Merkuri diserap oleh tubuh lalu bersirkulasi ke ginjal dan otak. Waktu paruh merkuri di tubuh mencapai 70 hari.
Merkuri anorganik diserap terutama melalui saluran pernapasan, namun sebagian kecil juga diserap melalui kulit (sekitar 3-4 persen) atau sistem pencernaan (sekitar 2-10 persen). Namun, tidak seperti merkuri logam (metallic mercury), merkuri anorganik tidak dapat menembus sawar darah otak (blood–brain barrier) dan umumnya terakumulasi di ginjal.
Jalur ekskresi (pembuangan) utama melalui urin dan feses, dengan waktu paruh sekitar dua bulan. Merkuri anorganik yang dibuang ke lingkungan secara alamiah akan mengalir mengikuti aliran sungai, menuju ke laut. Di air, merkuri anorganik diubah menjadi logam merkuri oleh bakteri dan plankton, lalu terakumulasi di tubuh organisme air termasuk ikan dan kerang.
Saat manusia mengonsumsi makanan laut (seafood), merkuri masuk tubuh manusia dalam bentuk merkuri logam. Metilmerkuri, jenis/tipe utama merkuri organik, memberikan efek toksik yang fatal pada tubuh manusia.
Di lingkungan alam, umumnya ditemukan dalam bentuk monometilmerkuri dan dimetilmerkuri. Metilmerkuri mudah diserap oleh sistem pencernaan (lebih dari 95 persen) dan juga saluran pernapasan (mencapai 80 persen).
Sekitar 90 persen metilmerkuri diekskresikan ke feses melalui empedu, dan kurang dari 10% dibuang bersama urin. Merkuri yang diserap didistribusikan ke seluruh jaringan dalam waktu 30 jam. Waktu paruhnya 45-70 hari.
Mengingat merkuri logam dan organik dengan mudah melewati sawar darah-otak dan plasenta, mereka dapat diekskresikan dalam ASI dan ditransmisikan ke janin.
Efek paparan
Jalur paparan merkuri ada beragam. Pertama, konsumsi makanan. Kedua, inhalasi atau absorpsi (melalui pajanan kulit) dari uap merkuri di tempat kerja. Ketiga, paparan selama proses limbah industri dan rumah tangga. Keempat, penggunaan kosmetika atau konsumsi obat.
Merkuri dapat bersirkulasi di tubuh manusia melalui jalur seperti sistem pencernaan, sistem pernapasan, dan kulit, diserap di dalam tubuh dengan kecepatan yang bervariasi, tergantung bentuk persenyawaan merkuri.
Unsur merkuri dan metilmerkuri merupakan racun bagi sistem saraf pusat dan perifer. Inhalasi (menghirup) merkuri mampu menghasilkan efek berbahaya pada sistem saraf, pencernaan, imun, paru-paru dan ginjal, serta berakibat fatal.
Garam anorganik merkuri bersifat korosif terhadap kulit, mata, dan saluran pencernaan, juga mampu menginduksi toksisitas ginjal jika tertelan.
Gangguan sistem persarafan dan perilaku dapat diamati setelah inhalasi (penghirupan), konsumsi atau paparan kulit dari senyawa merkuri yang berbeda. Beragam gejala termasuk tremor, insomnia, kehilangan memori, efek neuromuskular, sakit kepala, disfungsi kognitif dan motorik.
Tanda-tanda subklinis ringan dari toksisitas sistem saraf pusat terlihat pada pekerja yang terpapar unsur merkuri dengan kadar di udara 20 μg/m3 atau lebih yang berlangsung selama beberapa tahun. Efek ginjal telah dilaporkan, mulai dari peningkatan protein dalam urin hingga gagal ginjal.
Potret klinis intoksikasi (keracunan) merkuri seringkali tidak spesifik dan mudah sekali keliru terdiagnosis. Tanda-tanda dan gejala keracunan unsur merkuri sangat berbeda dengan efek klinis keracunan merkuri lainnya.
Toksisitas merkuri inorganik menyebabkan gejala gastrointestinal dan neurologis, sementara paparan dimetilmerkuri organik dikaitkan dengan kerusakan bagian otak bernama serebelum yang berakibat fatal.
Sebagian anak yang terpapar unsur merkuri datang ke dokter dengan keluhan pusing, gelisah atau rewel (iritabilitas), banjir keringat (diaforesis), selera makan menurun (anoreksia), berat badan berkurang, kelelahan, gangguan tidur (insomnia), sensitivitas taktil, ruam kemerahan di kulit (rash), nyeri perut, nyeri di anggota gerak bisa di tangan dan atau di kaki.
Sedangkan pada sebagian orang dewasa dapat dijumpai tekanan darah tinggi (hipertensi), gemetar (tremor), berkeringat di malam hari, nyeri anggota gerak bisa di tangan dan atau di kaki.
Mengingat keracunan unsur merkuri jarang sekali dijumpai dalam praktik klinis, dokter yang merawat pasien dengan dugaan toksisitas merkuri sangat mungkin tidak menyadari karakteristik klinis dari proses penyakit ini serta metode diagnostik dan terapeutik yang tersedia untuk mengatasi kondisi ini.
Konsentrasi merkuri
Merkuri yang diserap tubuh dapat terdeteksi di beragam jaringan. Misalnya, darah, urin, dan rambut. Oleh karena itu, cara terakurat untuk mendeteksi merkuri di tubuh adalah dengan cara mengukur kadar konsentrasi merkuri di darah, urin, dan rambut.
Dalam hal ini, merkuri disebut sebagai biomarker. Maksudnya, indikator kondisi tubuh atau sampel biologis.
Pada populasi umum, kadar merkuri rata-rata di darah mencapai 1–8 μg /L dan di urin sekitar 4–5 μg /L. Menurut konsensus International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) dan International Commission on Occupational Health (ICOH), rerata kadar merkuri dalam darah pada mereka yang tidak makan ikan adalah 2 μg /L.
Konsentrasi merkuri di dalam darah dipengaruhi multifaktor. Misalnya: fraksi merkuri darah yang diserap dalam jumlah paparan harian, jumlah asupan makanan harian, konstanta eliminasi, fraksi merkuri yang diserap melalui diet, fraksi merkuri di darah dalam merkuri yang diserap, volume darah manusia.
Dari berbagai faktor itulah dapat dirumuskan konsentrasi merkuri dalam peredaran darah manusia. Konsentrasi merkuri dalam darah lengkap biasanya lebih rendah dari 10 μg/L, tetapi konsentrasi sebesar 20 μg/L atau di bawahnya dianggap normal.
Konsentrasi merkuri dalam darah dapat meningkat hingga 35 μg/L setelah terpapar uap merkuri dalam waktu lama.
Konsentrasi merkuri dalam urin sangat stabil dan relatif sederhana, karena karakteristik mediumnya. Ketika konsentrasi merkuri urin melebihi 100 μg/L, gejala sistem persarafan akan muncul. Bila kadar merkuri mencapai 800 μg/L atau lebih, maka dapat berakibat fatal.
Merkuri organik seperti metilmerkuri biasanya dikeluarkan melalui feses. Oleh karena itu, tingkat konsentrasi merkuri di urin tidak dapat mencerminkan kadar merkuri organik dalam tubuh manusia.
Sekitar 80-90 persen komponen rambut tersusun atas keratin, yang mengandung kelompok asam amino yang kaya akan gugus sulfhidril, sehingga mudah bergabung dengan logam.
Oleh karena itu, dengan paparan merkuri, konsentrasi merkuri menjadi tinggi di rambut. Rambut dapat menunjukkan kontaminasi merkuri yang telah lama berlangsung. Kadar merkuri di rambut diketahui proporsional dengan kadar merkuri di darah.
Setelah paparan metilmerkuri, kadar merkuri total di rambut dan darah dapat digunakan sebagai biomarker intoksikasi (keracunan) merkuri. Rasio konsentrasi merkuri di darah dan di rambut (hair-to-blood mercury concentration ratios) telah ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan di Amerika (FDA) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah 250:1 dan 250–300:1.
Kadar konsentrasi merkuri di rambut yang direkomendasikan secara internasional oleh WHO adalah 1 mg/kg. Namun, hasil analisis konsentrasi merkuri di rambut saja tidak dapat digunakan untuk membedakan apakah seseorang terpapar atau teracuni merkuri.
Umumnya, konsentrasi merkuri di rambut tidak melebihi 10 mg/kg. Namun, pada kasus keracunan merkuri sedang, tingkat konsentrasinya 200-800 mg/kg, dan pada keracunan merkuri berat mencapai 2400 mg/kg. WHO merekomendasikan pemantauan konsentrasi metilmerkuri pada rambut wanita hamil dan berpendapat bahwa kadar 10 ppm atau lebih dapat meningkatkan risiko cacat pada janin, berupa defek neurologis atauu kelainan sistem persarafan.
Pemeriksaan laboratorium umum untuk mengevaluasi keracunan merkuri dapat direkomendasikan oleh dokter. Misalnya: hitung sel darah lengkap, uji atau asai elektrolit, uji fungsi ginjal dan hati. Elektrokardiografi (EKG), uji fungsi paru-paru, pemantauan (monitoring) sistem kardiovaskular, elektroneuromiografi, dan uji neuropsikologis juga digunakan untuk evaluasi.
Biomarker yang berpotensi pula diperiksa untuk mengetahui efek autoimun merkuri termasuk: antibodi membran basal anti-glomerulus, antibodi anti-DNA, senyawa serum imunoglobulin E, dan imunoglobulin E total.
Tatalaksana
Ketika seseorang dicurigai keracunan merkuri, segera lakukan wawancara komprehensif (anamnesis) untuk mengambil riwayat rinci paparan lingkungan merkuri, riwayat pekerjaan, serta lakukan pemeriksaan fisik.
Tentukan apakah ia memiliki Riwayat paparan kronis atau akut, identifikasi sumber paparan merkuri. Segera evaluasi jalan napas, pernapasan, dan status kardiovaskular. Jika perlu, pakaian harus dilepas untuk melancarkan sistem pernapasan.
Pada kasus paparan kulit oleh merkuri, kulit harus dicuci dengan air dan sabun. Jika mata terpapar merkuri, maka lakukan pembersihan dengan saline (larutan garam). Jika seseorang telah minum atau menghirup merkuri, status pernapasan dan saturasi oksigen perlu diobservasi.
Jika dia menunjukkan gejala kesulitan bernafas, rontgen dada dan analisis gas darah arteri perlu dilakukan, intubasi dan ventilasi buatan perlu segera dipersiapkan. Jika intubasi harus dilakukan, menghilangkan merkuri cair melalui suction trakea sangat membantu untuk menghilangkan kontaminasi.
Seseorang dengan gejala keracunan merkuri memerlukan pengobatan segera dengan agen chelating. Agen chelating yang dapat digunakan untuk mengatasi keracunan merkuri inorganik akut antara lain: dimercaprol, D-penicillamine (DPCN), dimercaptopropane sulfonate (DMPS), dan succimer (dimercaptosuccinic acid, DMSA).
Namun, tidak jelas apakah terapi dengan agen pengkelat benar-benar bermanfaat pada penderita keracunan merkuri yang telah gawat. Selain itu, indikasi terapi belum sepenuhnya ditetapkan.
*) Dokter Dito Anurogo MSc adalah dosen tetap di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar Indonesia, studi S3 di International PhD Program for Cell Therapy and Regeneration Medicine (IPCTRM) College of Medicine Taipei Medical University (TMU) Taiwan, CEO-founder School of Life Institute, penulis puluhan buku dan trainer bersertifikasi BNSP
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021
Keracunan merkuri di tempat kerja sering dialami para pekerja pabrik pembuatan topi di Eropa pada abad ke-19. Di Korea, korban keracunan merkuri akibat pajanan konsentrasi tinggi di tempat kerja terlihat di pabrik termometer, pabrik lampu neon, dan industri pemrosesan ulang limbah dari tahun 1980-an hingga awal tahun 2000-an (Ye BJ dkk, 2016).
Di Indonesia, sebuah laporan inventarisasi merkuri mengidentifikasi bahwa hampir sebanyak 60 persen dari emisi merkuri atau sekitar 307.125 kg Hg/tahun dilepas ke udara berasal dari sektor pertambangan emas skala kecil (Mercury Country Situation Report Indonesia, 2018).
Studi lain mengungkapkan bahwa 18-23 persen para pekerja tambang di Indonesia menderita intoksikasi uap merkuri logam kronis atau chronic metallic mercury vapour intoxication (Steckling dkk, 2017).
Bentuk dan karakteristik
Merkuri dijumpai dalam berbagai bentuk. Misalnyam logam, persenyawaan anorganik, dan organik. Beragam bentuk itu berefek pada keberanekaragaman pola dalam hal sirkulasi ekosistem, akumulasi, paparan pada tubuh manusia, efek biologis, dan toksisitas.
Merkuri logam (metallic mercury) umumnya diserap melalui saluran pernapasan. Bila tidak sengaja tertelan, merkuri tidak berbahaya karena membentuk globul sehingga tidak diserap oleh sistem pencernaan manusia.
Selain itu, karena karakteristiknya yang larut dalam lemak, merkuri dengan mudah melewati penghalang sel alveoli di paru-paru dan teroksidasi menjadi merkuri anorganik (inorganic mercury), lalu bergabung dengan protein dan memberikan efek kumulatif. Merkuri diserap oleh tubuh lalu bersirkulasi ke ginjal dan otak. Waktu paruh merkuri di tubuh mencapai 70 hari.
Merkuri anorganik diserap terutama melalui saluran pernapasan, namun sebagian kecil juga diserap melalui kulit (sekitar 3-4 persen) atau sistem pencernaan (sekitar 2-10 persen). Namun, tidak seperti merkuri logam (metallic mercury), merkuri anorganik tidak dapat menembus sawar darah otak (blood–brain barrier) dan umumnya terakumulasi di ginjal.
Jalur ekskresi (pembuangan) utama melalui urin dan feses, dengan waktu paruh sekitar dua bulan. Merkuri anorganik yang dibuang ke lingkungan secara alamiah akan mengalir mengikuti aliran sungai, menuju ke laut. Di air, merkuri anorganik diubah menjadi logam merkuri oleh bakteri dan plankton, lalu terakumulasi di tubuh organisme air termasuk ikan dan kerang.
Saat manusia mengonsumsi makanan laut (seafood), merkuri masuk tubuh manusia dalam bentuk merkuri logam. Metilmerkuri, jenis/tipe utama merkuri organik, memberikan efek toksik yang fatal pada tubuh manusia.
Di lingkungan alam, umumnya ditemukan dalam bentuk monometilmerkuri dan dimetilmerkuri. Metilmerkuri mudah diserap oleh sistem pencernaan (lebih dari 95 persen) dan juga saluran pernapasan (mencapai 80 persen).
Sekitar 90 persen metilmerkuri diekskresikan ke feses melalui empedu, dan kurang dari 10% dibuang bersama urin. Merkuri yang diserap didistribusikan ke seluruh jaringan dalam waktu 30 jam. Waktu paruhnya 45-70 hari.
Mengingat merkuri logam dan organik dengan mudah melewati sawar darah-otak dan plasenta, mereka dapat diekskresikan dalam ASI dan ditransmisikan ke janin.
Efek paparan
Jalur paparan merkuri ada beragam. Pertama, konsumsi makanan. Kedua, inhalasi atau absorpsi (melalui pajanan kulit) dari uap merkuri di tempat kerja. Ketiga, paparan selama proses limbah industri dan rumah tangga. Keempat, penggunaan kosmetika atau konsumsi obat.
Merkuri dapat bersirkulasi di tubuh manusia melalui jalur seperti sistem pencernaan, sistem pernapasan, dan kulit, diserap di dalam tubuh dengan kecepatan yang bervariasi, tergantung bentuk persenyawaan merkuri.
Unsur merkuri dan metilmerkuri merupakan racun bagi sistem saraf pusat dan perifer. Inhalasi (menghirup) merkuri mampu menghasilkan efek berbahaya pada sistem saraf, pencernaan, imun, paru-paru dan ginjal, serta berakibat fatal.
Garam anorganik merkuri bersifat korosif terhadap kulit, mata, dan saluran pencernaan, juga mampu menginduksi toksisitas ginjal jika tertelan.
Gangguan sistem persarafan dan perilaku dapat diamati setelah inhalasi (penghirupan), konsumsi atau paparan kulit dari senyawa merkuri yang berbeda. Beragam gejala termasuk tremor, insomnia, kehilangan memori, efek neuromuskular, sakit kepala, disfungsi kognitif dan motorik.
Tanda-tanda subklinis ringan dari toksisitas sistem saraf pusat terlihat pada pekerja yang terpapar unsur merkuri dengan kadar di udara 20 μg/m3 atau lebih yang berlangsung selama beberapa tahun. Efek ginjal telah dilaporkan, mulai dari peningkatan protein dalam urin hingga gagal ginjal.
Potret klinis intoksikasi (keracunan) merkuri seringkali tidak spesifik dan mudah sekali keliru terdiagnosis. Tanda-tanda dan gejala keracunan unsur merkuri sangat berbeda dengan efek klinis keracunan merkuri lainnya.
Toksisitas merkuri inorganik menyebabkan gejala gastrointestinal dan neurologis, sementara paparan dimetilmerkuri organik dikaitkan dengan kerusakan bagian otak bernama serebelum yang berakibat fatal.
Sebagian anak yang terpapar unsur merkuri datang ke dokter dengan keluhan pusing, gelisah atau rewel (iritabilitas), banjir keringat (diaforesis), selera makan menurun (anoreksia), berat badan berkurang, kelelahan, gangguan tidur (insomnia), sensitivitas taktil, ruam kemerahan di kulit (rash), nyeri perut, nyeri di anggota gerak bisa di tangan dan atau di kaki.
Sedangkan pada sebagian orang dewasa dapat dijumpai tekanan darah tinggi (hipertensi), gemetar (tremor), berkeringat di malam hari, nyeri anggota gerak bisa di tangan dan atau di kaki.
Mengingat keracunan unsur merkuri jarang sekali dijumpai dalam praktik klinis, dokter yang merawat pasien dengan dugaan toksisitas merkuri sangat mungkin tidak menyadari karakteristik klinis dari proses penyakit ini serta metode diagnostik dan terapeutik yang tersedia untuk mengatasi kondisi ini.
Konsentrasi merkuri
Merkuri yang diserap tubuh dapat terdeteksi di beragam jaringan. Misalnya, darah, urin, dan rambut. Oleh karena itu, cara terakurat untuk mendeteksi merkuri di tubuh adalah dengan cara mengukur kadar konsentrasi merkuri di darah, urin, dan rambut.
Dalam hal ini, merkuri disebut sebagai biomarker. Maksudnya, indikator kondisi tubuh atau sampel biologis.
Pada populasi umum, kadar merkuri rata-rata di darah mencapai 1–8 μg /L dan di urin sekitar 4–5 μg /L. Menurut konsensus International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) dan International Commission on Occupational Health (ICOH), rerata kadar merkuri dalam darah pada mereka yang tidak makan ikan adalah 2 μg /L.
Konsentrasi merkuri di dalam darah dipengaruhi multifaktor. Misalnya: fraksi merkuri darah yang diserap dalam jumlah paparan harian, jumlah asupan makanan harian, konstanta eliminasi, fraksi merkuri yang diserap melalui diet, fraksi merkuri di darah dalam merkuri yang diserap, volume darah manusia.
Dari berbagai faktor itulah dapat dirumuskan konsentrasi merkuri dalam peredaran darah manusia. Konsentrasi merkuri dalam darah lengkap biasanya lebih rendah dari 10 μg/L, tetapi konsentrasi sebesar 20 μg/L atau di bawahnya dianggap normal.
Konsentrasi merkuri dalam darah dapat meningkat hingga 35 μg/L setelah terpapar uap merkuri dalam waktu lama.
Konsentrasi merkuri dalam urin sangat stabil dan relatif sederhana, karena karakteristik mediumnya. Ketika konsentrasi merkuri urin melebihi 100 μg/L, gejala sistem persarafan akan muncul. Bila kadar merkuri mencapai 800 μg/L atau lebih, maka dapat berakibat fatal.
Merkuri organik seperti metilmerkuri biasanya dikeluarkan melalui feses. Oleh karena itu, tingkat konsentrasi merkuri di urin tidak dapat mencerminkan kadar merkuri organik dalam tubuh manusia.
Sekitar 80-90 persen komponen rambut tersusun atas keratin, yang mengandung kelompok asam amino yang kaya akan gugus sulfhidril, sehingga mudah bergabung dengan logam.
Oleh karena itu, dengan paparan merkuri, konsentrasi merkuri menjadi tinggi di rambut. Rambut dapat menunjukkan kontaminasi merkuri yang telah lama berlangsung. Kadar merkuri di rambut diketahui proporsional dengan kadar merkuri di darah.
Setelah paparan metilmerkuri, kadar merkuri total di rambut dan darah dapat digunakan sebagai biomarker intoksikasi (keracunan) merkuri. Rasio konsentrasi merkuri di darah dan di rambut (hair-to-blood mercury concentration ratios) telah ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan di Amerika (FDA) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah 250:1 dan 250–300:1.
Kadar konsentrasi merkuri di rambut yang direkomendasikan secara internasional oleh WHO adalah 1 mg/kg. Namun, hasil analisis konsentrasi merkuri di rambut saja tidak dapat digunakan untuk membedakan apakah seseorang terpapar atau teracuni merkuri.
Umumnya, konsentrasi merkuri di rambut tidak melebihi 10 mg/kg. Namun, pada kasus keracunan merkuri sedang, tingkat konsentrasinya 200-800 mg/kg, dan pada keracunan merkuri berat mencapai 2400 mg/kg. WHO merekomendasikan pemantauan konsentrasi metilmerkuri pada rambut wanita hamil dan berpendapat bahwa kadar 10 ppm atau lebih dapat meningkatkan risiko cacat pada janin, berupa defek neurologis atauu kelainan sistem persarafan.
Pemeriksaan laboratorium umum untuk mengevaluasi keracunan merkuri dapat direkomendasikan oleh dokter. Misalnya: hitung sel darah lengkap, uji atau asai elektrolit, uji fungsi ginjal dan hati. Elektrokardiografi (EKG), uji fungsi paru-paru, pemantauan (monitoring) sistem kardiovaskular, elektroneuromiografi, dan uji neuropsikologis juga digunakan untuk evaluasi.
Biomarker yang berpotensi pula diperiksa untuk mengetahui efek autoimun merkuri termasuk: antibodi membran basal anti-glomerulus, antibodi anti-DNA, senyawa serum imunoglobulin E, dan imunoglobulin E total.
Tatalaksana
Ketika seseorang dicurigai keracunan merkuri, segera lakukan wawancara komprehensif (anamnesis) untuk mengambil riwayat rinci paparan lingkungan merkuri, riwayat pekerjaan, serta lakukan pemeriksaan fisik.
Tentukan apakah ia memiliki Riwayat paparan kronis atau akut, identifikasi sumber paparan merkuri. Segera evaluasi jalan napas, pernapasan, dan status kardiovaskular. Jika perlu, pakaian harus dilepas untuk melancarkan sistem pernapasan.
Pada kasus paparan kulit oleh merkuri, kulit harus dicuci dengan air dan sabun. Jika mata terpapar merkuri, maka lakukan pembersihan dengan saline (larutan garam). Jika seseorang telah minum atau menghirup merkuri, status pernapasan dan saturasi oksigen perlu diobservasi.
Jika dia menunjukkan gejala kesulitan bernafas, rontgen dada dan analisis gas darah arteri perlu dilakukan, intubasi dan ventilasi buatan perlu segera dipersiapkan. Jika intubasi harus dilakukan, menghilangkan merkuri cair melalui suction trakea sangat membantu untuk menghilangkan kontaminasi.
Seseorang dengan gejala keracunan merkuri memerlukan pengobatan segera dengan agen chelating. Agen chelating yang dapat digunakan untuk mengatasi keracunan merkuri inorganik akut antara lain: dimercaprol, D-penicillamine (DPCN), dimercaptopropane sulfonate (DMPS), dan succimer (dimercaptosuccinic acid, DMSA).
Namun, tidak jelas apakah terapi dengan agen pengkelat benar-benar bermanfaat pada penderita keracunan merkuri yang telah gawat. Selain itu, indikasi terapi belum sepenuhnya ditetapkan.
*) Dokter Dito Anurogo MSc adalah dosen tetap di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar Indonesia, studi S3 di International PhD Program for Cell Therapy and Regeneration Medicine (IPCTRM) College of Medicine Taipei Medical University (TMU) Taiwan, CEO-founder School of Life Institute, penulis puluhan buku dan trainer bersertifikasi BNSP
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021