Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa Indonesia telah diguncang tiga gempa bumi yang bersifat merusak pada Desember tahun 2021.
"Tiga gempa yang merusak yaitu gempa Damer Maluku Barat Daya (M5,6), Laut Flores (M7,4) dan gempa Jember (M5,0)," ujar Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono dalam konferensi pers daring BNPB yang diikuti dari Jakarta, Jumat.
Daryono mengatakan gempa Damer yang terjadi dua kali pada 11 dan 16 Desember menimbulkan kerusakan. Diduga jenis gempa swarm, karena sensor gempa BMKG cukup jauh dan tidak semua gempa di wilayah tersebut terlokalisir.
Sementara pada gempa Laut Flores berpotensi tsunami dan telah menimbulkan kenaikan air laut 7 cm di Marakopot dan Reo. Dampak gempa hampir dirasakan di wilayah Flores hingga Lembata, Nusa Tenggara Timur akibat banyaknya bangunan yang tidak standar aman gempa.
Gempa Laut Flores, menurut Daryono adalah peringatan bahwa sumber gempa sesar aktif dan memicu tsunami ternyata masih ada dan belum terpetakan. Episenter gempa tersebut tidak berada di jalur sesar yang telah ada.
Mekanismenya gempa tersebut merupakan sesar geser, meski pusat gempa sangat dekat dengan jalur sumber gempa sesar naik.
"Lokasi pusat gempa terletak di wilayah yang sebenarnya secara seismisitas rendah. Sesar yang berpotensi gempa kuat tidak menunjukkan klaster sesar aktif," ujar dia.
Sedangkan pada gempa Jember, Jawa Timur, meskipun hanya berkekuatan M5,0 namun dirasakan sangat kuat di wilayah Puger dan Ambulu dan disertai dua gempa susulan.
Daryono mengatakan dampak kerusakan mayoritas diakibatkan oleh bangunan yang tidak kuat terhadap guncangan gempa.
Selama bulan Desember hingga terkini, terhitung ada 20 kali guncangan gempa berkekuatan lebih dari M5,0 di seluruh Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021
"Tiga gempa yang merusak yaitu gempa Damer Maluku Barat Daya (M5,6), Laut Flores (M7,4) dan gempa Jember (M5,0)," ujar Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono dalam konferensi pers daring BNPB yang diikuti dari Jakarta, Jumat.
Daryono mengatakan gempa Damer yang terjadi dua kali pada 11 dan 16 Desember menimbulkan kerusakan. Diduga jenis gempa swarm, karena sensor gempa BMKG cukup jauh dan tidak semua gempa di wilayah tersebut terlokalisir.
Sementara pada gempa Laut Flores berpotensi tsunami dan telah menimbulkan kenaikan air laut 7 cm di Marakopot dan Reo. Dampak gempa hampir dirasakan di wilayah Flores hingga Lembata, Nusa Tenggara Timur akibat banyaknya bangunan yang tidak standar aman gempa.
Gempa Laut Flores, menurut Daryono adalah peringatan bahwa sumber gempa sesar aktif dan memicu tsunami ternyata masih ada dan belum terpetakan. Episenter gempa tersebut tidak berada di jalur sesar yang telah ada.
Mekanismenya gempa tersebut merupakan sesar geser, meski pusat gempa sangat dekat dengan jalur sumber gempa sesar naik.
"Lokasi pusat gempa terletak di wilayah yang sebenarnya secara seismisitas rendah. Sesar yang berpotensi gempa kuat tidak menunjukkan klaster sesar aktif," ujar dia.
Sedangkan pada gempa Jember, Jawa Timur, meskipun hanya berkekuatan M5,0 namun dirasakan sangat kuat di wilayah Puger dan Ambulu dan disertai dua gempa susulan.
Daryono mengatakan dampak kerusakan mayoritas diakibatkan oleh bangunan yang tidak kuat terhadap guncangan gempa.
Selama bulan Desember hingga terkini, terhitung ada 20 kali guncangan gempa berkekuatan lebih dari M5,0 di seluruh Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021