Ketua tim peneliti vaksin Merah Putih Universitas Airlangga (Unair) Fedik Abdul Rantam mengatakan proses pembuatan vaksin tidak berlangsung singkat untuk memastikan efikasi, mutu dan keamanannya.
"Proses pembuatan vaksin itu panjang," kata Fedik saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Fedik menuturkan dalam pembuatan kandidat vaksin COVID-19 yang dikembangkan Unair, ada 17 langkah yang harus dilalui untuk menghasilkan antigen atau imunogen yang baik.
"Karena itu perlu waktu untuk sampai pada formulasi vaksin yang memerlukan banyak bahan untuk membuat vaksin," ujarnya.
Saat ini, sejumlah institusi atau pihak mengembangkan kandidat vaksin COVID-19 termasuk Universitas Airlangga yang bekerja sama dengan PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia.
Unair mengembangkan kandidat vaksin Merah Putih untuk COVID-19 dengan menggunakan platform inactivated virus atau berbasis virus yang dilemahkan atau dimatikan.
Sebelumnya, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan tantangan periset dalam mengembangkan vaksin secara umum tidak mudah karena diperlukan banyak sekali uji coba untuk mendapatkan formula yang paling optimal dalam mendapatkan bibit vaksin.
Bibit vaksin tersebut juga harus berstandar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) sesuai regulasi.
Setelah ditemukan kandidat vaksin, masih ada serangkaian tahapan pengujian, seperti uji in vivo pada hewan, uji klinis tahap 1, 2, dan 3, skala produksi hingga akhirnya imunisasi.
Jika kandidat vaksin tidak memberikan hasil yang diharapkan saat diujikan pada hewan, maka harus dilakukan formulasi ulang hingga mendapatkan kandidat vaksin yang benar-benar efektif merangsang respons imun.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022
"Proses pembuatan vaksin itu panjang," kata Fedik saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Fedik menuturkan dalam pembuatan kandidat vaksin COVID-19 yang dikembangkan Unair, ada 17 langkah yang harus dilalui untuk menghasilkan antigen atau imunogen yang baik.
"Karena itu perlu waktu untuk sampai pada formulasi vaksin yang memerlukan banyak bahan untuk membuat vaksin," ujarnya.
Saat ini, sejumlah institusi atau pihak mengembangkan kandidat vaksin COVID-19 termasuk Universitas Airlangga yang bekerja sama dengan PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia.
Unair mengembangkan kandidat vaksin Merah Putih untuk COVID-19 dengan menggunakan platform inactivated virus atau berbasis virus yang dilemahkan atau dimatikan.
Sebelumnya, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan tantangan periset dalam mengembangkan vaksin secara umum tidak mudah karena diperlukan banyak sekali uji coba untuk mendapatkan formula yang paling optimal dalam mendapatkan bibit vaksin.
Bibit vaksin tersebut juga harus berstandar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) sesuai regulasi.
Setelah ditemukan kandidat vaksin, masih ada serangkaian tahapan pengujian, seperti uji in vivo pada hewan, uji klinis tahap 1, 2, dan 3, skala produksi hingga akhirnya imunisasi.
Jika kandidat vaksin tidak memberikan hasil yang diharapkan saat diujikan pada hewan, maka harus dilakukan formulasi ulang hingga mendapatkan kandidat vaksin yang benar-benar efektif merangsang respons imun.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022