Baghdad (Antara/Xinhua-OANA) - PBB pada Rabu (8/1) memperingatkan situasi kemanusiaan kritis di Provinsi Anbar, Irak, yang telah menyaksikan bentrokan sengit beberapa hari belakangan.
"Berbagai lembaga PBB sedang berusaha mengidentifikasi kebutuhan rakyat dan mempersiapkan pasokan medis, makanan serta barang non-makanan untuk dibagikan jika jalan aman dapat diperoleh," kata Nickolay Mladenov, Wakil Khusus Sekretaris jenderal PBB untuk Irak, di dalam satu pernyataan.
Situasi di Fallujah sangat kritis sebab simpanan makanan, air dan obat penyemat nyawa miliknya mulai tipis, kata Mladenov. Ia menambahkan penilaian awal memperlihatkan lebih dari 5.000 keluarga telah mengungsi di Provinsi Karbala, Salahuddin, Baghdad dan tempat lain yang berdekatan.
Ia mengatakan PBB bekerjasama secara erat dengan Pemerintah Regional dan Nasional Irak serta mitra kemanusiaan guna memastikan jalan aman bagi bantuan untuk keluarga yang terjebak di dan mengungsi dari Anbar.
Seorang pejabat dari Bulan Sabit Merah Irak memberitahu wartawan sebanyak 13.000 keluarga telah melarikan dari Fallujah selama beberapa hari belakangan akibat pertempuran sengit yang berkcemauk setelah polisi Irak melucuti lokasi protes anti-pemerintah di luar Ramadi, Ibu Kota Provinsi itu, pada akhir Desember.
Namun tampaknya kehidupan normal mulai berangsur pulih di Fallujah pada Rabu, saat banyak pegawai pemerintah kembali ke tempat kerja mereka dan polisi lalu lintas bekerja di jalan, kata satu sumber polisi kepada Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi.
Beberapa pria bersenjata yang bertopeng dari suku setempat terlihat di beberapa bagian kota tersebut, terutama di jembatan dan pintu masuk kota, kata sumber itu.
Rakyat Fallujah menyaksikan kestabilan yang mencekam pada Selasa malam, ketika anggota suku mengusir sebagian petempur Al Qaida dari kota tersebut dan beberapa laporan mengatakan militer takkan menyerang anggota suku, tambah sumber itu.
Pada Rabu, Perdana Menteri Irak Nuri Al-Maliki mengkonfirmasi tentaranya takkan menyerang Fallujah selama anggota suku memerangi gerilyawan Al Qaida.
"Kami tak ingin kota ini (Fallujah) menderita lagi, sebab kota tersebut juga cukup menghadapi perang dan kerusakan," katanya. Ia merujuk kepada dua pertempuran besar antara warga kota itu dan tentara AS pada 2004 --yang mengakibatkan kerusakan parah dan pembunuhan massal.
Di tempat lain di provinsi tersebut, bentrokan sporadis berlanjut di Ramadi, sekitar 110 kilometer di sebelah barat Baghdad, antara anggota suku, yang didukung oleh polisi setempat, dan kelompok gerilyawan Al Qaida, kata sumber itu tanpa memberi perincian lebih lanjut.
Sementara itu, militer Irak --yang didukung oleh helikopter-- pada Rabu pagi memerangi gerilyawan Al Qaida di Kota Kecil Khaldiyah, sekitar 80 kilometer di sebelah barat Baghdad, setelah gerilyawan mengambil posisi di dekat pinggir satu desa di kota tersebut pada Selasa larut malam, kata sumber itu. Ia menambahkan tentara mendesak gerilyawan tersebut ke luar kota itu dan masuk ke dalam gurun.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014
"Berbagai lembaga PBB sedang berusaha mengidentifikasi kebutuhan rakyat dan mempersiapkan pasokan medis, makanan serta barang non-makanan untuk dibagikan jika jalan aman dapat diperoleh," kata Nickolay Mladenov, Wakil Khusus Sekretaris jenderal PBB untuk Irak, di dalam satu pernyataan.
Situasi di Fallujah sangat kritis sebab simpanan makanan, air dan obat penyemat nyawa miliknya mulai tipis, kata Mladenov. Ia menambahkan penilaian awal memperlihatkan lebih dari 5.000 keluarga telah mengungsi di Provinsi Karbala, Salahuddin, Baghdad dan tempat lain yang berdekatan.
Ia mengatakan PBB bekerjasama secara erat dengan Pemerintah Regional dan Nasional Irak serta mitra kemanusiaan guna memastikan jalan aman bagi bantuan untuk keluarga yang terjebak di dan mengungsi dari Anbar.
Seorang pejabat dari Bulan Sabit Merah Irak memberitahu wartawan sebanyak 13.000 keluarga telah melarikan dari Fallujah selama beberapa hari belakangan akibat pertempuran sengit yang berkcemauk setelah polisi Irak melucuti lokasi protes anti-pemerintah di luar Ramadi, Ibu Kota Provinsi itu, pada akhir Desember.
Namun tampaknya kehidupan normal mulai berangsur pulih di Fallujah pada Rabu, saat banyak pegawai pemerintah kembali ke tempat kerja mereka dan polisi lalu lintas bekerja di jalan, kata satu sumber polisi kepada Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi.
Beberapa pria bersenjata yang bertopeng dari suku setempat terlihat di beberapa bagian kota tersebut, terutama di jembatan dan pintu masuk kota, kata sumber itu.
Rakyat Fallujah menyaksikan kestabilan yang mencekam pada Selasa malam, ketika anggota suku mengusir sebagian petempur Al Qaida dari kota tersebut dan beberapa laporan mengatakan militer takkan menyerang anggota suku, tambah sumber itu.
Pada Rabu, Perdana Menteri Irak Nuri Al-Maliki mengkonfirmasi tentaranya takkan menyerang Fallujah selama anggota suku memerangi gerilyawan Al Qaida.
"Kami tak ingin kota ini (Fallujah) menderita lagi, sebab kota tersebut juga cukup menghadapi perang dan kerusakan," katanya. Ia merujuk kepada dua pertempuran besar antara warga kota itu dan tentara AS pada 2004 --yang mengakibatkan kerusakan parah dan pembunuhan massal.
Di tempat lain di provinsi tersebut, bentrokan sporadis berlanjut di Ramadi, sekitar 110 kilometer di sebelah barat Baghdad, antara anggota suku, yang didukung oleh polisi setempat, dan kelompok gerilyawan Al Qaida, kata sumber itu tanpa memberi perincian lebih lanjut.
Sementara itu, militer Irak --yang didukung oleh helikopter-- pada Rabu pagi memerangi gerilyawan Al Qaida di Kota Kecil Khaldiyah, sekitar 80 kilometer di sebelah barat Baghdad, setelah gerilyawan mengambil posisi di dekat pinggir satu desa di kota tersebut pada Selasa larut malam, kata sumber itu. Ia menambahkan tentara mendesak gerilyawan tersebut ke luar kota itu dan masuk ke dalam gurun.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014