Jakarta (Antara) - Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Achmad Zukri menyatakan banjir di Jakarta 2014 bukan karena faktor alam, terutama intensitas curah hujan.

"Sebab, curah hujan di kawasan Ibu Kota pada tahun 2014 lebih rendah daripada curah hujan pada tahun 2013 ketika terjadi banjir lebih besar," kata Zukri di Jakarta, Minggu.

Menurut Zukri, pada tahun 2013 distribusi hujan lebih banyak di Jakarta, sementara hujan di daerah penyangga lebih kecil. Pada tahun 2014, distribusi hujan tidak merata di seluruh Jakarta, hanya Jakarta Barat, Timur, dan Selatan.

"Selain itu, hujan yang turun awal tahun ini tidak selebat 2013. Hujan sudah dicicil sejak malam tahun baru, sedangkan tahun lalu, hujan terjadi sekaligus selama beberapa hari berturut-turut dengan intensitas lebat," jelas dia.

Achmad Zukri membandingkan pantauan curah hujan oleh BMKG dari 18 titik tahun lalu dengan tahun ini pada hari banjir terparah.

Titik pantauan yang menunjukkan penurunan adalah Tanjung Priok, Kemayoran, Pakubuwono, Halim Perdana Kusuma, Cengkareng, Kedoya, Pasar Minggu, Lebak Bulus.

Di luar Ibu Kota, titik pantauan Gunung Mas dan Citeko yang mencakup pantauan kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat sebagai penyumbang banjir, curah hujan menurun. Di Gunung Mas turun dari 76 dan 118,5 milimeter per hari pada tanggal 16--17 Januari 2013 menjadi 25 milimeter per hari pada tanggal 11--12 Januari 2014.

Adapun wilayah tetangga Jakarta yang curah hujannya meningkat adalah Depok, Dramaga, dan Citeko. Curah hujan di Depok naik dari 63,5 dan 64,5 menjadi 65 dan 147 milimeter per hari pada tanggal 11--12 Januari 2014. Di Dramaga, naik tajam dari 26--27 menjadi 85 dan 102 milimeter per hari.

Sebelumnya, Manajer Penanganan Bencana Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Nasional Mukri Friatna mengatakan bahwa penyebab banjir bukan curah hujan, melainkan banyak hutan yang beralih fungsi.

"Kalau menyalahkan curah hujan, nanti masyarakat ini takutnya musyrik, bilang banjir karena Tuhan, padahal hujan itu berkah," katanya di Jakarta, Sabtu (18/1).

Walhi mencatat banyak hutan yang ditebang untuk permukiman dan industri. Artinya, wadah untuk menampung hujan makin kecil.

"Yang namanya volume air tetap segitu, 'enggak' bisa berubah, tetapi gentongnya ini yang dikurangi," kata Mukri.

Sementara itu, Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD DKI Jakarta Asraf Ali menyatakan bahwa penanganan banjir memang memerlukan waktu yang cukup lama. Namun, untuk jangka pendek dan pengalaman awal tahun lalu seharusnya Pemprov DKI sudah bisa merumuskan langkah-langkah antisipasi agar banjir tidak melumpuhkan Jakarta.

"Bagi kami Fraksi Golkar DKI saat ini bagaimana pemda menangani korban banjir dengan serius. Kalau masalah infrastruktur banjir biar masyarakat yang menilai sendiri," katanya.

Saat meninjau lokasi banjir di Kelapa Gading, Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan alasan terjadinya banjir di kawasan perumahan elite tersebut adalah hujan deras di Pulogadung.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014