Bengkulu (Antara-IPKB) - Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 dalam komponen kesehatan reproduksi remaja (KRR) menyebutkan bahwa pengalaman seksual pra nikah bagi remaja masih cukup tinggi.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Provinsi Bengkulu Zainin mengatakan, pengalaman seksual itu terjadinya dalam pandangan remaja pria, yang mencapai 8,30 persen sedangkan terhadap remaja wanita 1,0 persen.

Terhadap berbagai karakteristik dan latar belakang SDKI menyebutkan, bahwa pengetahuan tersebut terjadi pada remaja pria kelompok umur 15-19 tahun mencapai 4,5 persen dan pada remaja 20-24 sebesar 14,6 persen. Dalam hasil SDKI menyebutkan tingginya pengetahuan demkian itu terjadi pada remaja di wilayah perkotaan sebesar 8,7 persen dan perdesaan 7,8.

Mirisnya, hal tersebut terjadi pada remaja dengan latar belakang pendidikan tingkat SMA keatas mencapai 12,2 persen dan tidak tamat SD sebesar 9,50 persen. Sedangkan pada kelompok pendidikan yang tamat SD mencapai 7,8 dan tidak tamat SMA sebesar 5,6 persen.

Dikatakannya, dari survei tersebut, remaja tidak hanya mengetahui tentang hal itu namun pernah melakukan dan setuju terhadap hubungan seksual pra nikah.

Anehnya, dari hasil survei tersebut remaja yang menyetujui hubungan seks pra nikah terjadi pada remaja wanita sebesar 49,4 persen dan terhadap pria hanya 45,5 persen. Bahkan sebesar 41,1 persen remaja wanita, 34,1 ersen laki-laki  sikap terhadap perilaku seksual pra nikah itu yang mengatakan "bergantung" kondisi demikian perlu dicermati untuk dapat menempatkan remaja sebagai modal pembangunan kedepan.

Menurutnya, pengalaman dan peerilaku seks pra nikah terhadap remaja selain meningkatkan peristiwa nikah dini juga dapat menyebabkan tingginya sebaran virus penyakit kelamin.

Sementara, hasil riset kesehatan desa (Riskesdes) 2010 menyebutkan usia perkawinan pertama perempuan kelompok umur 15-19 mencapai 45,9 persen lebih tinggi dari angka rata-rata nasional (41,9 persen) Usia perkawinan pertama kelompok umur 10-14 tahun tertinggi nomor 6 se Indonesia, yaitu 6.3 persen.

Zainin mengatakan, hal itu mengkhawatirkan terhadap keberlangsungan pembangunan kependudukan yang dapat mencapai tujuan MDGs dan RPJMD.Upaya menekan perilaku seks pra nikah diperlukan pembekalan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi bagi remaja melalui pendidikan formal maupun nonformal.(rs)

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014