Jaringan Agensi Humas dan Komunikasi Dunia PROI Worldwide memperkirakan disinformasi akan semakin meningkat pada tahun 2022 seiring dengan semakin meningkatnya penggunaan platform media sosial dan aplikasi bertukar pesan.
“Berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari para ahli komunikasi di 50 negara, PROI memperkirakan peningkatan serangan informasi dan semakin banyak krisis komunikasi terkait dengan disinformasi,” ujar Partner PROI untuk Indonesia, Jojo S Nugroho, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat.
Secara umum, hoaks dan disinformasi akan sangat merusak reputasi organisasi manapun, terutama jika organisasi tersebut menjadi sasaran penyebaran berita palsu. Oleh karena itu hoaks dibuat dengan maksud untuk membentuk sebuah opini yang salah pada publik.
Menurut Jojo, profesi humas menekankan pentingnya memberikan informasi yang benar dan akurat.
“Praktisi humas umumnya dianggap bertanggung jawab untuk memastikan bahwa informasi yang mereka sebarkan adalah benar,” terang dia.
Namun pada kenyataannya, beberapa informasi yang disebarluaskan oleh profesional humas, praktisi media, atau pengguna media sosial tidak sepenuhnya akurat, atau bahkan dapat menjadi sebuah kebohongan yang disengaja.
“Penyebaran hoaks tidak akan ada hentinya; Hoaks dan disinformasi dapat berkembang seiring dengan perkembangan teknologi. Sepanjang tahun 2021, kita sering menyaksikan banyak disinformasi seputar pandemi COVID-19 dan informasi vaksinasi,” kata pria yang juga Managing Director Imogen PR itu.
Data yang dihimpun oleh Kominfo sejak COVID-19 muncul di Indonesia hingga Mei 2021, tercatat ada 1.556 hoaks terkait COVID-19 serta 177 hoaks terkait vaksin COVID-19.
“Setiap organisasi menghadapi masalah dan krisis pada tingkat yang berbeda-beda, tidak terkecuali terkait hoaks. Ketika masalah tersebut ditangani dengan buruk, masalah dapat berubah menjadi krisis besar, kemudian memburuk sehingga membahayakan kelangsungan hidup organisasi,” tambah Jojo
PROI meminta agar organisasi memprioritaskan ancaman krisis seperti hoaks. Untuk mendukung hal tersebut, PROI meluncurkan hotline krisis 24/7 untuk menangani krisis ini. Hotline krisis 24/7 akan memberikan tanggapan cepat bagi organisasi yang membutuhkan nasihat ketika terjadi krisis hoaks dan disinformasi. Hotline itu dikelola langsung oleh praktisi PR dari seluruh wilayah, klien dapat mencari dukungan ini melalui +65 8885 9528 atau menemui perwakilan PROI di wilayah mereka.
“Ke depannya, organisasi harus menyadari ancaman dan memastikan bahwa mereka memiliki rencana kesiapsiagaan krisis yang mencakup hoaks dan disinformasi. Sangat penting untuk tetap mengantisipasi adanya ancaman dan proaktif dalam mengembangkan rencana kesiapsiagaan krisis sebelum krisis melanda,” kata Partner PROI untuk Thailand, Karin Lohitnavy.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022