Kopi Arabika Sipirok olahan dari Kelompok Tani Maju Jaya Desa Situmba, Kabupaten tapanuli Selatan, Sumatera Utara, merambah pasar internasional di antaranya Australia dan China.
Ketua Kelompok Tani Maju Jaya, Nanang di Sipirok, Selasa, mengatakan pengiriman biji kopi atau green bean Arabika Sipirok itu baru dilakukan sekitar empat bulan ke belakang.
"Alhamdulillah, meski melalui pihak ke tiga (importir Medan) per bulan green bean kami sudah diekspor ke pasar Australia 2,5 ton dan Guangdong China 1,5 ton," ujarnya.
Ia mengatakan, Kelompok Tani Maju Jaya bisa menembus pasar luar negeri setelah memiliki huller mesin pengupas gabah kopi basah berkapasitas satu ton per jam, atau masih satu-satunya di wilayah Tabagsel.
"Yang disyaratkan importir kopi itu demikian, green bean hasil olahan mesin kupas basah dengan kadar air 14 persen," kata ayah tiga anak itu.
Selain sudah punya huller, rumah produksi green bean Kelompok Tani Maju Jaya juga memiliki roasting kopi (proses mengeluarkan air dan mengembangkan biji kopi serta mengeluarkan aroma).
"Selain green bean, permintaan rose bean biji kopi setelah diroasting juga banyak. Ke Pulau Jawa, sebagian Sumatera, kafe-kafe di Medan dan Pekan Baru dan Kota Padang Sidempuan. Paling jauh Qatar," ungkapnya.
Selain itu mesin pengupas kulit kopi (cherry) juga ada. Untuk mesin ini sengaja digratiskan untuk menolong petani kopi sekitar Desa Situmba. Ampas kulitnya dimanfaatkan sebagai pupuk kompos. Fasilitas lain yang dimiliki adalah penjemuran gabah terbuka, dan dua rumah kaca.
"Untuk penyortiran (pemilahan) biji kopi kami juga memberdayakan masyarakat sekitar. Upahnya Rp2 ribu per kilogram. Lumayan bisa menambah pendapatan masyarakat sekitar yang mayoritas bertani," tambah suami Sukiem.
Berbagai varian kopi yang dihasilkan di samping pembibitan kopi, seperti wine, fruity, honey, natural, full washed, sandwich dan lainnya. Untuk harga jual green bean mencapai Rp80 ribu per kg dan Roas Bean bisa hingga Rp150 ribu per kg.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022
Ketua Kelompok Tani Maju Jaya, Nanang di Sipirok, Selasa, mengatakan pengiriman biji kopi atau green bean Arabika Sipirok itu baru dilakukan sekitar empat bulan ke belakang.
"Alhamdulillah, meski melalui pihak ke tiga (importir Medan) per bulan green bean kami sudah diekspor ke pasar Australia 2,5 ton dan Guangdong China 1,5 ton," ujarnya.
Ia mengatakan, Kelompok Tani Maju Jaya bisa menembus pasar luar negeri setelah memiliki huller mesin pengupas gabah kopi basah berkapasitas satu ton per jam, atau masih satu-satunya di wilayah Tabagsel.
"Yang disyaratkan importir kopi itu demikian, green bean hasil olahan mesin kupas basah dengan kadar air 14 persen," kata ayah tiga anak itu.
Selain sudah punya huller, rumah produksi green bean Kelompok Tani Maju Jaya juga memiliki roasting kopi (proses mengeluarkan air dan mengembangkan biji kopi serta mengeluarkan aroma).
"Selain green bean, permintaan rose bean biji kopi setelah diroasting juga banyak. Ke Pulau Jawa, sebagian Sumatera, kafe-kafe di Medan dan Pekan Baru dan Kota Padang Sidempuan. Paling jauh Qatar," ungkapnya.
Selain itu mesin pengupas kulit kopi (cherry) juga ada. Untuk mesin ini sengaja digratiskan untuk menolong petani kopi sekitar Desa Situmba. Ampas kulitnya dimanfaatkan sebagai pupuk kompos. Fasilitas lain yang dimiliki adalah penjemuran gabah terbuka, dan dua rumah kaca.
"Untuk penyortiran (pemilahan) biji kopi kami juga memberdayakan masyarakat sekitar. Upahnya Rp2 ribu per kilogram. Lumayan bisa menambah pendapatan masyarakat sekitar yang mayoritas bertani," tambah suami Sukiem.
Berbagai varian kopi yang dihasilkan di samping pembibitan kopi, seperti wine, fruity, honey, natural, full washed, sandwich dan lainnya. Untuk harga jual green bean mencapai Rp80 ribu per kg dan Roas Bean bisa hingga Rp150 ribu per kg.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022