Kuncup bunga kering berwarna coklat kehitaman dari keluarga Myrtaceae ikut menebar aroma khas dalam ruangan yang menjadi tempat pameran mengenang jejak sejarah yang pernah tertoreh di masa dulu.

Terlihat anak-anak dari beberapa SMA di Banda Aceh yang hadir dalam pameran tematik bertema ‘Aroma Rempah Jejak Sejarah Aceh. Mereka tak hanya memegang langsung rempah-rempah yang dipamerkan, tapi juga ikut mencium langsung aroma komoditas yang dipajang dalam kegiatan tersebut, termasuk cengkih yang berasal dari keluarga Myrtaceae.

Cengkih adalah salah satu komoditi rempah yang ada di Tanah Air khususnya Provinsi Aceh. Rempah tersebut banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa dan bahan utama rokok kretek.

Kekayaan rempah yang dihasilkan Aceh seperti cengkih dan rempah-rempah lainnya yang mendunia di masa itu, menjadikan provinsi berjulukan Serambi Mekkah itu menjadi tujuan banyak negara untuk datang ke provinsi ujung paling barat Indonesia itu.

Aceh memang sangat beruntung selain kaya akan hasil buminya, juga didukung dengan letak geografisnya strategis yakni berada di jalur pelayaran perdagangan internasional.

“Aceh pernah mengalami era kejayaan lewat jalur rempah sehingga membuatnya tercatat dalam peta perdagangan global,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Jamaluddin di Banda Aceh.

Pada abad ke-16, Aceh sempat menjadi titik jalur rempah Nusantara yang kerap disinggahi berbagai kapal dari tiap penjuru mata angin, sehingga Aceh tercatat dalam peta perdagangan global dan lewat jalur rempah telah menghubungkan Aceh dengan dunia.

Kejayaan yang pernah tertoreh di masa lalu tersebut, direka kembali Disbudpar dengan memamerkan 24 komoditas rempah asal Aceh dan jalur perdagangannya di Museum Aceh, Banda Aceh yang pernah berjaya kepada seluruh masyarakat di Tanah Rencong dan masyarakat luar lainnya.


Pemikat Barat

Ada pun rempah-rempah kekayaan alam Aceh yang menjadi pemikat bangsa Barat yang dipamerkan itu lada hitam, pala, lada putih, cengkih, manjakani, ketumbar, kemiri, kayu manis dan beras.

Kemudian kopi, jintan, manjakani, biji adas, teh, kayu cendana, pinang, kemenyan, kapur barus, kayu gaharu, rotan, tawas, belerang, tembakau, minyak pala, minyak kayu cendana, kapulaga, cuka ie juk, minyak plik u, minyak cengkih, minyak nilam dan kapulaga.

Selain rempah, mereka juga ikut memamerkan mata uang kuno dari 30 negara hingga guci yang kini masih tersimpan dengan rapi sebagai bagian akan jejak sejarah di provinsi yang sangat berjaya di masa kerajaan Sultan Iskandar Muda.

“Seluruh rempah yang dipamerkan dalam kegiatan tersebut merupakan komoditas perdagangan Aceh pada abad ke-16 yang pernah mengalami era kejayaan dalam peta perdagangan global” katanya.

Kekayaan alam rempah yang ada di Aceh tersebut membuat berbagai negara dari Eropa berlomba-lomba untuk ke Aceh dan hasil alamnya diakui oleh bangsa Portugis, Mesir kuno, Yunani, Romawi, China, Arab dan bangsa lainnya.

Pameran yang digelar tersebut dirancang dengan berbagai konsep agar informatif untuk para pengunjung, terutama bagi kalangan pelajar, dalam memahami dan mempelajari sejarah kejayaan Aceh.

Jamaluddin juga mengutarakan harapannya agar para pengunjung pameran mendapat edukasi dengan baik tentang sejarah perdagangan dan penjelajahan jalur rempah Aceh di masa lalu.

Menurut dia lewat pameran yang digelar Pemerintah Aceh di Museum Aceh, Banda Aceh tersebut akan menghadirkan lebih banyak beragam khazanah sejarah Aceh tempo dulu mulai dari rempah hingga peninggalan benda sejarah lainnya.

Pameran Aroma rempah Jejak sejarah Aceh itu juga untuk meningkatkan literasi terkait khazanah komoditas rempah asal Aceh yang pernah ‘membumbui’ dunia dengan cita rasa dan kualitas terbaiknya kepada seluruh generasi.


Jalur Rempah

Jalur Rempah mencakup berbagai lintasan jalur budaya dari timur Asia hingga barat Eropa terhubung dengan Benua Amerika, Afrika dan Australia. Suatu lintasan peradaban bermacam bentuk, garis lurus, lingkaran, silang, bahkan berbentuk jejaring.

Di Indonesia, wujud jalur perniagaan rempah mencakup banyak hal. Tidak hanya berdiri di satu titik penghasil rempah, juga mencakup berbagai titik yang bisa dijumpai di Indonesia dan membentuk suatu lintasan peradaban berkelanjutan.

Program tersebut bertekad menghidupkan kembali narasi sejarah dengan memperlihatkan peran masyarakat Nusantara dalam pembentukan Jalur Rempah; mendokumentasikan peran mereka yang berada di berbagai wilayah perdagangan rempah; dan merekonstruksi serangkaian benang merah dalam satu bangunan sejarah.

Semoga kejayaan yang pernah tertoreh di masa lalu tersebut dapat bangkit kembali di generasi milenial Aceh dengan memanfaatkan potensi alam dan juga pelabuhan-pelabuhan yang dapat menghubungkan langsung Aceh dengan dunia.

Pelabuhan-pelabuhan di Aceh merupakan pelabuhan tertua di jalur Selat Malaka salah satunya adalah Pelabuhan Malahayati dan Pelabuhan Calang yang dapat dikembangkan dalam rangka mendorong peningkatan ekspor Indonesia ke wilayah Timur Tengah hingga Eropa.

Mari manfaatkan berbagai potensi alam yang terhampar luas yang ada di 23 kabupaten/kota di Aceh untuk menghasilkan beragam komoditas unggulan guna mengisi jalur rempah yang telah terbina sejak masa kesultanan.

Aceh akan kembali membumbui dunia lewat rempah-rempah dengan cita rasa khasnya.

 

Pewarta: M Ifdhal

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022