Jakarta (Antara) - Perpustakaan Nasional menargetkan 75 persen dari 34 perpustakaan provinsi dan lebih dari 500 perpustakaan kabupaten/kota di seluruh Indonesia sudah mampu memberikan layanan berbasis digital hingga akhir tahun 2014.

"Untuk mencapai 100 persen akan dilanjutkan pada periode berikutnya, yakni 2015-2019. Kami yakin akan mampu mencapainya," kata Kepala Humas Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia Agus Sutoyo di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan pengelola perpustakaan harus mampu memanfaatkan serbuan teknologi informasi (TI) yang kian gencar. Ini penting, terutama untuk meningkatkan ketertarikan masyarakat berkunjung dan membaca di perpustakaan.

"Salah satu strategi yang mengedepankan TI ini adalah dengan menyiapkan fasilitas online bagi pengunjung", katanya.

Fasilitas ini mengarah kepada tren digital library atau perpustakaan digital. "Cara ini akan memudahkan pengunjung mencari buku yang diinginkan," ujarnya.

Hal ini juga dibenarkan oleh Erlyn Sulistyaningsih, Direktur Program PerpuSeru, yang telah memberdayakan 34 perpustakaan umum pemerintah di 16 provinsi di Indonesia melalui penyediaan akses komputer dan internet.

Menurut Erlyn tak hanya mendorong minat masyarakat untuk datang lebih sering ke perpustakaan untuk belajar, teknologi juga memberikan masyarakat akses yang lebih luas terhadap informasi, serta mendorong iklim bisnis yang kompetitif.

Melalui program yang diinisiasikan oleh Coca-Cola Foundation Indonesia dan Bill & Melinda Gates Foundation ini, lebih dari 5.000 pengguna perpustakaan di seluruh Indonesia telah mendapat pelatihan komputer dan internet, Kemudian lebih dari 3,5 juta orang telah mendapat kesempatan untuk mencari pekerjaan atau informasi guna mengembangkan bisnisnya lewat internet.

"Lewat program PerpuSeru ini, perpustakaan dapat memberi manfaat langsung kepada anggota masyarakat yang tidak memiliki perangkat komputer dan internet di rumah, sekaligus berperan sebagai rumah belajar (learning centre)," katanya.

                 Kenyamanan
Lebih lanjut Agus Sutoyo mengatakan untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung, faktor kelengkapan koleksi juga menjadi satu parameter. Selain itu, SDM juga sangat berperan untuk bisa menjadikan perpusatakaan sebagai pusat akademik.

Bagi sebagian pengunjung, keramahan SDM menjadi salah satu tolok ukur pelayanan perpustakaann, katanya.

Pustakawan harus bisa memberikan solusi atau alternatif jika pengunjung kesulitan mencari buku yang diinginkan, ujarnya.

Agus mencatat rata-rata 700 kunjungan per hari di seluruh perpustakaan yang ada saat ini, khusus di perpustakaan nasional mencapai 900 kunjungan per hari.

"Saat ini koleksi kami sudah mencapai 2,5 juta buku. Koleksi ini berasal dari abad 2, 6, 8 dan 12. Ini belum termasuk jumlah manuskrip yang mencapai 10.300 eksemplar. Semua koleksi ini telah menjadi primadona dunia," ujarnya. (Antara)

Pewarta: Oleh Zita Meirina

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014