Jaringan Muslim Madani (JMM) mengapresiasi kinerja Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri dalam memerangi terorisme di Indonesia.
"Kami sangat mengapresiasi profesionalitas kinerja Densus 88 dalam memerangi terorisme di Indonesia. Ditambah penangkapan tersebut tidak ada baku tembak dan korban jiwa dari kedua belah pihak," kata peneliti JMM Lukman Hakim di Jakarta, Rabu.
Pernyataan itu disampaikan terkait penangkapan 24 terduga teroris di tiga provinsi pada Sabtu (14/5). Mereka merupakan pendukung kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) dan Islamic State of Irak and Syiria (ISIS). Diketahui 22 terduga teroris ditangkap di Sulawesi Tengah, satu orang ditangkap di Bekasi, dan satu lagi di Kalimantan Timur.
Menurut dia, profesionalitas kinerja Densus 88 membuktikan bahwa ancaman gerakan teroris prokhilafah itu masih masif di Indonesia.
Menurut Lukman, masifnya gerakan terorisme pro-Khilafah ISIS di Indonesia dikarenakan beberapa faktor yang belum bisa ditangani, salah satunya yang paling penting terkait penanggulangan pendanaan terorisme baik dari lokal maupun global.
“Saat ini pihak aparat dan intelijen masih kurang cukup mumpuni dalam hal ilmu ekonomi yang berkaitan dengan aktivitas pendanaan terorisme global. Jika dalam bidang ini teratasi maka sangat yakin sel-sel terorisme akan mati ” jelasnya.
Dia mengajak masyarakat Indonesia untuk mengapresiasi Densus 88 yang kinerjanya terus meningkat dalam upaya penanggulangan terorisme di Indonesia. Bahkan, akhir-akhir ini dalam penangkapan tidak ada korban jiwa dari kedua belah pihak.
"Saat ini sinergi pemerintah dan masyarakat sangat penting dalam upaya penanggulangan terorisme. Masyarakat agar melakukan deteksi dini terhadap potensi keberadaan terorisme, radikalisme, dan ekstremisme di tengah-tengah lingkungannya," harap Lukman.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022
"Kami sangat mengapresiasi profesionalitas kinerja Densus 88 dalam memerangi terorisme di Indonesia. Ditambah penangkapan tersebut tidak ada baku tembak dan korban jiwa dari kedua belah pihak," kata peneliti JMM Lukman Hakim di Jakarta, Rabu.
Pernyataan itu disampaikan terkait penangkapan 24 terduga teroris di tiga provinsi pada Sabtu (14/5). Mereka merupakan pendukung kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) dan Islamic State of Irak and Syiria (ISIS). Diketahui 22 terduga teroris ditangkap di Sulawesi Tengah, satu orang ditangkap di Bekasi, dan satu lagi di Kalimantan Timur.
Menurut dia, profesionalitas kinerja Densus 88 membuktikan bahwa ancaman gerakan teroris prokhilafah itu masih masif di Indonesia.
Menurut Lukman, masifnya gerakan terorisme pro-Khilafah ISIS di Indonesia dikarenakan beberapa faktor yang belum bisa ditangani, salah satunya yang paling penting terkait penanggulangan pendanaan terorisme baik dari lokal maupun global.
“Saat ini pihak aparat dan intelijen masih kurang cukup mumpuni dalam hal ilmu ekonomi yang berkaitan dengan aktivitas pendanaan terorisme global. Jika dalam bidang ini teratasi maka sangat yakin sel-sel terorisme akan mati ” jelasnya.
Dia mengajak masyarakat Indonesia untuk mengapresiasi Densus 88 yang kinerjanya terus meningkat dalam upaya penanggulangan terorisme di Indonesia. Bahkan, akhir-akhir ini dalam penangkapan tidak ada korban jiwa dari kedua belah pihak.
"Saat ini sinergi pemerintah dan masyarakat sangat penting dalam upaya penanggulangan terorisme. Masyarakat agar melakukan deteksi dini terhadap potensi keberadaan terorisme, radikalisme, dan ekstremisme di tengah-tengah lingkungannya," harap Lukman.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022