Sukabumi (Antara) - Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, Jawa Barat akan membuat model pendidikan seks untuk anak usia dini dengan menggunakan bahasa yang sederhana tetapi bisa dipahami oleh anak usia dua sampai lima tahun.
"Pendidikan seks perlu diberikan sejak anak baru bisa berkata dan berjalan, tetapi harus disesuaikan tingkat daya serap si anak tersebut, apalagi usia anak dua sampai lima tahun tersebut merupakan masa berkembangnya otak sehingga dengan ditanamkan pendidikan seks anak usia dini tersebut bisa mencegah terjadinya kejahatan seksual yang dilakukan oleh orang dewasa," kata Kepala Dinkes Kota Sukabumi, Ritanenny kepada Antara, Senin.
Menurut Rita, hingga kini pendidikan seks untuk anak usia dini masih belum ada maka dari itu pihaknya akan berkoordinasi dengan dinas dan lembaga lainnya yang memiliki disiplin ilmu yang tepat seperti Dinas Pendidikan, Dinas Sosial dan lembaga di luar kedinasan seperti Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) untuk membuat model pendidikan dan metode pembelajarannya.
Lebih lanjut, saat ini untuk pendidikan tentang dunia seks masih sebatas alat reproduksi saja seperti di unit kesehatan sekolah (UKS). Sehingga dengan dimulainya pendidikan seks anak masih usia dini diharapkan bisa mencegah aksi kejahatan seksual kepada anak seperti yang dilakukan oleh AS alias Emon. Karena dalam pembelajarannya itu, pihaknya akan memasukkan beberapa metode pencegahan yang harus dilakukan oleh anak-anak jika akan menjadi korban kekerasan seksual seperti berteriak, menangis dan memberontak.
"Setiap anak harus diajari sejak dini bahwa bagian tubuh yang sensitif seperti alat kelamin tidak boleh dipegang kecuali ibunya dan jika ada yang memegang harus segera melapor. Kejadian kejahatan seksual seksual kepada anak baru terungkap setelah si anak didesak oleh orang tua, maka dari itu diharapkan dengan adanya pendidikan seks usia dini si anak mau berani melapor jika menjadi korban kekerasan seksual atau bisa melindungi dirinya," tambahnya.
Di sisi lain, untuk para korban kejahatan seksual kepada anak yang dilakukan oleh Emon, pihaknya saat ini sudah memberikan terapi yang berkelanjutan kepada seluruh anak dan orang tua dengan tujuan untuk menghilangkan trauma si anak. Namun diakuinya dalam menyembuhkannya membutuhkan waktu yang cukup lama tergantung tingkat trauma.
Sementara, Sekretaris Daerah Kota Sukabumi, Hanafie Zein mengatakan biaya terapi sampai sembuh untuk korban Emon akan ditanggung oleh pemerintah dan sampai saat ini ada dua korban yang masih trauma berat bahkan enggan masuk sekolah. Maka dari itu agar pendidikan tidak terganggu maka pihaknya sudah menginstruksikan kepada kepala sekolah di mana anak itu sekolah agar mendatangkan gurunya datang ke rumah si anak. ***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014