Yayasan Madani Berkelanjutan mengungkapkan hasil riset terbarunya yang menyatakan bahan bakar nabati (BBN) menjadi salah satu strategi untuk mengurangi emisi karbon karena rendah emisi gas buang.

"Secara umum emisi gas buang biofuel ini lebih rendah ketimbang bahan bakar minyak. Namun, hal yang harus menjadi catatan adalah jumlah emisi itu juga akan berbeda antara bahan baku," kata peneliti Yayasan Madani Berkelanjutan Kukuh Ugie Sembodho dalam peluncuran laporan sintesis bahan bakar nabati yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Ia menjelaskan bahan bakar nabati dapat terbuat dari berbagai macam bahan baku, mulai dari kelapa sawit yang sering digunakan di Indonesia hingga kedelai dan biji bunga matahari.

Bahan baku yang beragam itu, kata dia, memberikan nilai lebih terhadap bahan bakar nabati dibandingkan bahan bakar fosil.

Kukuh mengemukakan bahan bakar nabati yang terbuat dari tebu hanya menghasilkan gas buang 33,6 gram karbon dioksida per megajoules (gCO2/MJ) dan penghematan energi 150-200 gigajoule per hektare (GJ/hectare).

Kemudian, bahan bakar nabati yang terbuat dari biji bunga matahari menghasilkan gas buang 82,5 gCO2/MJ dan penghematan energi 25-70 GJ/hectare. Adapun bahan bakar nabati kelapa sawit menghasilkan gas buang 104,6 gCO2/MJ dan penghematan energi sebesar 17,5 sampai 22,5 GJ/hectare.

Sedangkan, bahan bakar fosil jenis bensin menghasilkan gas buang sebanyak 96,9 gCO2/MJ dan solar 82,3 gCO2/MJ.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Riset: Bahan bakar nabati salah satu strategi kurangi emisi karbon

Pewarta: Sugiharto Purnama

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022