Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah melakukan stress test untuk mengidentifikasi risiko dan langkah yang perlu disiapkan untuk menghadapi ancaman resesi global pada 2023.

"Presiden sudah perintahkan kemarin untuk melakukan stress test. Dicek, kalau ada skenario begini, skenario begini, apa yang terjadi, bagaimana ekonomi kita masih bisa tidak," katanya di Jakarta, Rabu.

Luhut menyebut Indonesia bersiap menghadapi the perfect storm. Kondisi perfect storm terjadi karena adanya tiga permasalahan secara bersamaan, yaitu ancaman inflasi tinggi termasuk beberapa negara maju, resesi baik teknis maupun efektif, dan ketidakpastian akibat kondisi geopolitik.

Baca juga: Presiden terima laporan dari Menkeu soal situasi sulit ekonomi global

Baca juga: Berpacu untuk pulih dari resesi ekonomi

Menurut Luhut, kondisi perfect storm bisa terjadi pada negara manapun di dunia, sehingga Indonesia pun harus berhati-hati.

Terlebih dengan situasi perang Rusia-Ukraina yang tidak tampak akan berakhir dan justru semakin memanas dan dikhawatirkan akan semakin membuat krisis pangan dan energi berlangsung lebih lama.

"Kalau sampai ada limited dan nuclear war, itu sudah sangat berbahaya karena kalau orang sudah terdesak, bukan tidak mungkin dia melakukan apa saja," katanya.

Oleh karena itu, Luhut mengatakan pemerintah saat ini sedang menghitung dan menyiapkan skenario-skenario terburuk untuk menghadapi kondisi tersebut. Ia hanya meminta semua pihak kompak menghadapinya.

Luhut juga mengimbau semua pihak turut berpartisipasi untuk bisa menanam pangan kebutuhan sehari-hari agar bisa menekan inflasi.

"Ya seperti perang rakyat semesta kalau istilah tentara. Seperti saya, di rumah meski di Kuningan (Jakarta), tetap menanam cabai, bawang, paling tidak buat kebutuhan kami dan cucu. Jadi, kalau kita semua lakukan itu, kita tidak akan kekurangan, paling tidak ada beberapa basic need yang kita butuhkan," katanya.

Sebelumnya Presiden Bank Dunia David Malpass dan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva pada Senin (10/10) memperingatkan tentang meningkatnya risiko resesi global dan mengatakan inflasi tetap menjadi masalah yang berkelanjutan setelah invasi Rusia ke Ukraina.

"Ada risiko dan bahaya nyata dari resesi dunia tahun depan," kata Malpass dalam dialog dengan Georgieva pada awal pertemuan langsung pertama kedua lembaga itu sejak pandemi COVID-19.

Dia mengutip perlambatan pertumbuhan di negara-negara maju dan depresiasi mata uang di banyak negara berkembang, serta kekhawatiran inflasi yang sedang berlangsung.

Ketua IMF pekan lalu mengatakan pemberi pinjaman global itu akan menurunkan perkiraannya untuk pertumbuhan global 2,9 persen pada 2023 ketika merilis World Economic Outlook pada Selasa (4/10), mengutip guncangan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19, invasi Rusia ke Ukraina dan bencana iklim di seluruh benua.

Baca juga: Bank Dunia peringatkan agar tidak menimbun makanan atau bensin

Pewarta: Ade Irma Junida

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022