Cilacap (Antara) - Asisten pribadi ustad Abu Bakar Ba'asyir (ABB), Hasyim Abdullah, menyatakan bahwa terpidana kasus terorisme tersebut tidak berbaiat kepada "Islamic State of Iraq and Syria" (ISIS) melainkan pada "Daulah Khilafah Islamiyyah".

"Pemberitaan itu perlu diluruskan. ISIS itu sebelum terbentuknya 'Daulah Khilafah Islamiyyah'," kata Hasyim kepada Antara, di Cilacap, Senin malam.

Dalam hal ini, kata dia, setelah terbentuknya "Daulah Khilafah Islamiyyah" diangkatlah seorang khalifah sebagai "ulil amri" atau pemimpin dunia.

"Itulah yang membuat ustad ABB berbaiat kepada 'khilafah' bukan kepada ISIS," jelasnya.

Menurut dia, ISIS hanyalah sebuah organisasi yang memperjuangkan kekuasaan di Irak dan Syam (Suriah) atau gerakan perjuangan jihad.

Setelah di berbagai wilayah yang dikuasai ISIS diberlakukan syariat Islam, lanjut dia, maka dibentuklah khalifah sehingga berubah menjadi "Daulah Khilafah Islamiyah".

"Atas dasar 'Daulah Khilafah Islamiyah' itulah, banyak orang berbaiat karena menyangkut keyakinan. Dalam Islam itu, apabila sudah terbentuk 'khilafah' maka wajib bagi kaum muslimin di mana saja untuk berbaiat kepada khalifah karena kalau tidak, akan terkena ancaman Rasulullah, yaitu matinya secara jahiliyah," katanya.

Ia mengatakan bahwa masalah berbaiat kepada khalifah tersebut banyak dijelaskan dalam hadist Rasulullah.

Lebih lanjut, Hasyim mengatakan bahwa organisasi Hizbut Tahrir bercita-cita mendirikan "khilafah" namun sampai sekarang belum terbentuk.

"Nah, 'khilafah' itu sudah terbentuk, Irak dan Syam (Suriah). Makanya banyak orang berbondong-bondong berbaiat karena masalah agama," tegasnya.

Akan tetapi yang dipermasalahkan saat ini, kata dia, bukan masalah khalifahnya melainkan ISIS-nya.

"Seolah-olah ada unsur kriminalnya, padahal tidak ada. Kalau bicara khalifah itu kewajiban semua orang," katanya.

Terkait pemberitaan mengenai ustad ABB membaiat sejumlah terpidana kasus terorisme di Lembaga Pemasyarakatan Pasir Putih, Pulau Nusakambangan, Cilacap, Hasyim mengatakan bahwa hal itu perlu diluruskan.

"Ustad ABB itu bukan membaiat yang ada di dalam (Lapas Pasir Putih), tetapi bersama-sama dengan orang yang sepaham atau orang yang sudah sepakat untuk berbaiat kepada khalifah," katanya.

Dari 43 terpidana kasus terorisme di Lapas Pasir Putih, kata dia, ada 23 orang termasuk ustad ABB yang sepakat untuk berbaiat kepada khalifah.

Menurut dia, ustad ABB menghormati perbedaan keyakinan sehingga tidak memaksa terpidana kasus terorisme lainnya untuk berbaiat kepada khalifah.

"Masalah berbaiat itu masalah perbedaan sudut pandang dalam agama. Mestinya ulama berbicara masalah ini," katanya.

Sejumlah pemberitaan menyebutkan bahwa ustad Abu Bakar Ba'asyir telah membaiat sejumlah terpidana kasus terorisme yang menghuni Lapas Pasir Putih, Pulau Nusakambangan, Cilacap, untuk mengikuti ISIS.

Pemberitaan tersebut muncul setelah beredarnya foto Ba'asyir bersama sejumlah terpidana kasus terorisme lengkap dengan bendera ISIS.

Sementara itu, Menkopolhukam Djoko Suyanto mengatakan bahwa Pemerintah Republik Indonesia menolak paham ISIS berkembang di Indonesia karena tidak sesuai dengan ideologi Pancasila dan kebhinekaan yang menaungi NKRI.

"Pemerintah dan negara menolak dan tidak mengizinkan paham ISIS yang akhir-akhir ini menjadi IS (Islamic State) berkembang di Indonesia karena tidak sesuai dengan ideologi Pancasila dan kebhinekaan kita di bawah NKRI," katanya di Jakarta, Senin. ***1***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014