Depok (Antara) - Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin mengatakan Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim juga ikut menyelesaikan konflik dan demokratisasi yang terjadi di Timur Tengah.

"Konflik di Timur Tengah tentunya langsung maupun tak langsung membawa implikasi di Tanah Air," katanya dalam sambutan pada Seminar Internasional di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok, Kamis.

Dalam seminar internasional bertajuk "Konflik dan Demokratisasi di Timur Tengah" itu juga hadir Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, mantan Menteri Luar Negeri Hasan Wirayudha, dan lainnya.

Seminar itu dilaksanakan atas kerja sama International Conference of Islmic Scholars (ICIS) dengan Direktorat Timur Tengah, Kementerian Luar Negeri serta Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Lukman mengatakan dalam era globalisasi saat ini tentunya peran serta negara dalam menciptakan perdamaian dunia sangat diperlukan. "Indonesia wajib aktif di tengah era globalisasi," katanya.

Menurut dia, saat ini tak ada lagi batas-batas secara kaku karena globalisasi membuat bangsa menjadi hidup dan merupakan bagian dari dunia, karena itu apa yang terjadi di Timteng menjadi bahasan dalam seminar internasional ini.

"Dalam demokrasi perbedaan merupakan alami dan merupakan suatu keniscayaan. Demokrasi memberi jalan keluar dalam menghadapi perbedaan yang disikapi lebih bermartabat," ujarnya.

Ia mengatakan Indonesia memiliki pengalaman cukup untuk menghadapi perbedaan dalam konteks agama dengan negara, dalam konteks menata kehidupan bersama, dan memiliki paham kehidupan berbeda-beda.

"Pendiri bangsa sangat arif dan bijak dalam merumuskan nilai mendasar sehingga membuat bangsa senantiasa menjaga keutuhan bersama," katanya.  

Seminar ini secara khusus akan membahas soal ISIS dengan menghadirkan tokoh dan ulama dari Irak dan Suriah. Sejumlah pembicara yang akan hadir antara lain KH Hasyim Muzadi selaku tuan rumah, Dewan Waqf Sunni Irak, Kemenlu Irak, dan BNPT.

Selain itu, seminar ini juga menghadirkan Najih Ibrahim (Mesir), Bhasar Samarah (Suriah), Duta Besar Palestina Farez Mehdawi, dan Direktur Timteng Kemenlu Febrian Alphyanto Ruddyard.

"Seminar ini ingin mengupas akar masalah ISIS yang disampaikan orang Irak dan Suriah. Karena itu, tokoh Irak dan Suriah dihadirkan ke Indonesia," kata Panitia Bidang Media, Ahmad Millah Hasan. ***1***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014