Bengkulu (Antara) - Harga lada hitam bertahan stabil pada harga Rp110 ribu per kilogram di tingkat petani di Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu.

"Harga lada bertahan stabil dalam enam bulan ini berkisar Rp100 ribu sampai Rp110 ribu per kilogram," kata Sahid, petani lada di Desa Taba Baru Kecamatan Muara Kemumu Kabupaten Kepahiang, Selasa.

Ia mengatakan harga lada hitam lebih murah dibanding harga lada putih yang mencapai Rp150 ribu per kilogram.

Perbedaan harga tersebut karena pengolahan pascapanen komoditas yang berbeda, di mana lada hitam biasanya lebih mudah diolah karena tidak perlu menunggu buah lada masak di batang.

"Kalau lada putih harus menunggu buah lada masak di batang lalu diolah sedemikian rupa sehingga harganya lebih tinggi," tutur dia.

Ia menambahkan, meski harga lada putih lebih tinggi, sebagian besar petani di daerah itu lebih memilih menjual lada hitam karena masa panen lebih cepat, dan pengolahan lebih mudah daripada lada putih.

Berbeda dengan harga lada, harga biji kopi justru mengalami penurunan harga jual dari Rp20 ribu menjadi Rp18 ribu per kilogram, karena hujan.

"Musim hujan membuat pengeringan kopi terkendala sehingga biji kopi yang dijual memiliki kandungan air tinggi," ucap Sodik, petani kopi di daerah itu.

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, Kabupaten Kepahiang merupakan sentra utama penghasil lada dengan lahan terluas mencapai 2.967 hektare.

Kabupaten lainnya yang mengembangkan tanaman lada antara lain Kabupaten Kaur seluas 1.259 hektare, Kabupaten Bengkulu Tengah dan Bengkulu Utara masing-masing 133 hektare.

Areal tanaman kopi Kepahiang juga terluas dibanding sembilan kabupaten lain di Bengkulu, yakni mencapai 26 ribu hektare dengan produksi pada 2012 sebanyak 20.366 ton. ***3***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015