Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep mengakui dirinya sebagai produk instan karena rentang waktu yang singkat sejak dia resmi sebagai anggota PSI kemudian langsung menjabat sebagai ketua umum partai.
Namun, di hadapan perwakilan kelompok pemuda mahasiswa di Sorong, Papua Barat Daya, Sabtu, Kaesang menjelaskan dia mengenal politik sejak 2005 terutama saat ayahnya, Presiden RI Joko Widodo, terpilih sebagai Wali Kota Surakarta.
"Saya instan gak? Instan, saya harus akui saya sendiri juga sama, tetapi saya mau membela diri, mau bagaimana pun di media, susah. Tetapi di satu sisi, saya ini sudah terpapar dengan dunia politik sejak 2005 sejak ayah saya menjadi Wali Kota dan sampai sekarang 2023 menjadi (Presiden, red.) berarti sudah 18 tahun," kata Kaesang saat menanggapi pertanyaan mahasiswa mengenai isu calon anggota legislatif (caleg) yang diusulkan secara instan atau terlalu cepat oleh partai.
Kaesang menjelaskan poin penting yang dia pelajari dalam berpolitik merupakan cara komunikasi. Itu dia lihat langsung saat Presiden Jokowi, yang pada 2005, menjabat sebagai Wali Kota Surakarta, berupaya merelokasi pedagang kaki lima (PKL) dari Banjarsari ke Pasar Klitikan Notoharjo, Surakarta.
"Bapak saya kasih tahu, belajar untuk berkomunikasi, mau itu di dunia politik, mau itu di dunia bisnis terserah kamu. Yang penting ini masalah komunikasi kita ke masyarakat. Bapak saya menggunakan komunikasi itu saat proses relokasi pasar, dipindah ke Pasar Klitikan. Nah, itu bukan sebuah hal yang mudah untuk memindahkan," papar Kaesang.
Pendekatan-pendekatan, yang dilakukan melalui komunikasi secara langsung kepada para PKL dan pedagang pasar di Klitikan, pun gencar dilakukan oleh Jokowi saat itu. Dia saat itu rutin mengajak makan dan berdialog dengan para pedagang dalam waktu kurang lebih 7 bulan. Setidaknya, ada 50 pertemuan lebih digelar antara Jokowi dan para pedagang sampai akhirnya tercapai mufakat atas kebijakan relokasi tersebut.
"Saya belajar dari situ, ketika kita mau menginginkan sesuatu yang mana itu baik untuk semua orang, yang kita lakukan adalah komunikasi walaupun itu membutuhkan waktu yang cukup lama," tutur Ketua Umum PSI.
Kaesang melanjutkan dia memang terlihat "instan", tetapi sebetulnya dia mempelajari politik dari ayahnya, termasuk saat ayahnya menjabat sebagai Presiden RI dua periode (2014–2019 dan 2019–2024).
"Kalau istilahnya dalam dunia kerja, saya seperti on job training," ucap Kaesang.
Sementara itu, terkait dengan PSI, Kaesang mengaku telah berproses cukup lama dengan Partai Solidaritas Indonesia. Dia menyebut keputusannya masuk sebagai kader PSI pada 23 September 2023, kemudian terpilih sebagai Ketua Umum PSI pada 25 September 2023 pun melewati proses yang cukup panjang.
Oleh karena itu, Kaesang mengaku tidak ambil pusing meskipun dicap banyak orang sebagai produk politik instan. Dia mengaku lebih fokus untuk bekerja untuk partai, termasuk mengubah gaya berpolitik kader-kader PSI.
“PSI yang dulu bisa dilihat, isinya striker semua istilahnya. Ingat gak, PSI dari 2014 didirikan isinya ribut terus, nyerang sana-nyerang sini,” kata Kaesang.
Namun menurut Kaesang, gaya berpolitik demikian perlu diubah.
"Dengan saya menjadi ketua umum, saya mau gaya yang berbeda. Gaya berpolitik yang santai. Kita gak perlu cari musuh, karena 1.000 teman itu kurang, satu musuh itu kebanyakan," kata putra bungsu Presiden Jokowi di hadapan para mahasiswa.
Kaesang, dalam beberapa kesempatan termasuk saat konsolidasi kader-kader PSI di daerah, kerap mengingatkan anggota partai-nya agar menjunjung tinggi politik yang santun.
"Tetap kita menjunjung tinggi politik yang santai, politik yang santun, tidak mencela orang lain, tidak nyinyir ke orang lain, turun ke masyarakat, sosialisasi langsung (program-program PSI, red.) ke masyarakat," ujar Kaesang saat memberikan instruksi kepada kader PSI di Sorong, Sabtu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023
Namun, di hadapan perwakilan kelompok pemuda mahasiswa di Sorong, Papua Barat Daya, Sabtu, Kaesang menjelaskan dia mengenal politik sejak 2005 terutama saat ayahnya, Presiden RI Joko Widodo, terpilih sebagai Wali Kota Surakarta.
"Saya instan gak? Instan, saya harus akui saya sendiri juga sama, tetapi saya mau membela diri, mau bagaimana pun di media, susah. Tetapi di satu sisi, saya ini sudah terpapar dengan dunia politik sejak 2005 sejak ayah saya menjadi Wali Kota dan sampai sekarang 2023 menjadi (Presiden, red.) berarti sudah 18 tahun," kata Kaesang saat menanggapi pertanyaan mahasiswa mengenai isu calon anggota legislatif (caleg) yang diusulkan secara instan atau terlalu cepat oleh partai.
Kaesang menjelaskan poin penting yang dia pelajari dalam berpolitik merupakan cara komunikasi. Itu dia lihat langsung saat Presiden Jokowi, yang pada 2005, menjabat sebagai Wali Kota Surakarta, berupaya merelokasi pedagang kaki lima (PKL) dari Banjarsari ke Pasar Klitikan Notoharjo, Surakarta.
"Bapak saya kasih tahu, belajar untuk berkomunikasi, mau itu di dunia politik, mau itu di dunia bisnis terserah kamu. Yang penting ini masalah komunikasi kita ke masyarakat. Bapak saya menggunakan komunikasi itu saat proses relokasi pasar, dipindah ke Pasar Klitikan. Nah, itu bukan sebuah hal yang mudah untuk memindahkan," papar Kaesang.
Pendekatan-pendekatan, yang dilakukan melalui komunikasi secara langsung kepada para PKL dan pedagang pasar di Klitikan, pun gencar dilakukan oleh Jokowi saat itu. Dia saat itu rutin mengajak makan dan berdialog dengan para pedagang dalam waktu kurang lebih 7 bulan. Setidaknya, ada 50 pertemuan lebih digelar antara Jokowi dan para pedagang sampai akhirnya tercapai mufakat atas kebijakan relokasi tersebut.
"Saya belajar dari situ, ketika kita mau menginginkan sesuatu yang mana itu baik untuk semua orang, yang kita lakukan adalah komunikasi walaupun itu membutuhkan waktu yang cukup lama," tutur Ketua Umum PSI.
Kaesang melanjutkan dia memang terlihat "instan", tetapi sebetulnya dia mempelajari politik dari ayahnya, termasuk saat ayahnya menjabat sebagai Presiden RI dua periode (2014–2019 dan 2019–2024).
"Kalau istilahnya dalam dunia kerja, saya seperti on job training," ucap Kaesang.
Sementara itu, terkait dengan PSI, Kaesang mengaku telah berproses cukup lama dengan Partai Solidaritas Indonesia. Dia menyebut keputusannya masuk sebagai kader PSI pada 23 September 2023, kemudian terpilih sebagai Ketua Umum PSI pada 25 September 2023 pun melewati proses yang cukup panjang.
Oleh karena itu, Kaesang mengaku tidak ambil pusing meskipun dicap banyak orang sebagai produk politik instan. Dia mengaku lebih fokus untuk bekerja untuk partai, termasuk mengubah gaya berpolitik kader-kader PSI.
“PSI yang dulu bisa dilihat, isinya striker semua istilahnya. Ingat gak, PSI dari 2014 didirikan isinya ribut terus, nyerang sana-nyerang sini,” kata Kaesang.
Namun menurut Kaesang, gaya berpolitik demikian perlu diubah.
"Dengan saya menjadi ketua umum, saya mau gaya yang berbeda. Gaya berpolitik yang santai. Kita gak perlu cari musuh, karena 1.000 teman itu kurang, satu musuh itu kebanyakan," kata putra bungsu Presiden Jokowi di hadapan para mahasiswa.
Kaesang, dalam beberapa kesempatan termasuk saat konsolidasi kader-kader PSI di daerah, kerap mengingatkan anggota partai-nya agar menjunjung tinggi politik yang santun.
"Tetap kita menjunjung tinggi politik yang santai, politik yang santun, tidak mencela orang lain, tidak nyinyir ke orang lain, turun ke masyarakat, sosialisasi langsung (program-program PSI, red.) ke masyarakat," ujar Kaesang saat memberikan instruksi kepada kader PSI di Sorong, Sabtu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023