Rejanglebong (Antara) - Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Rejanglebong, Provinsi Bengkulu, yang saat ini mencapai Rp120.000 per kg dinilai masih wajar.

"Harga daging sapi yang saat ini mencapai Rp120.000 per kg, kami nilai masih wajar. Karena kenaikan harga daging disini akibat pengaruh psykologis dari isu nasional pada pemberitaan media massa tentang sapi impor, karena di stok sapi di daerah banyak," kata Kepala Disnakan Rejanglebong, Amrul Eby di Rejanglebong, Sabtu.

Sejauh ini stok sapi di daerah itu kata dia, cukup banyak di mana 26 kelompok peternak yang ada di Rejanglebong memiliki stok hewan ternak baik lokal maupun yang didatangkan dari daerah lainnya seperti Provinsi Lampung dan daerah lainnya.

Adanya kenaikan harga jual daging sapi di wilayah itu tambah dia, terjadi sejak usai lebaran lalu dan sampai saat ini belum turun, selain akibat isu pengurangan impor sapi juga mendekati hari raya Idul Adha, akibatnya banyak peternak yang tidak menjual hewan peliharaan mereka kepada pedagang daging melainkan kepada warga yang akan memotong hewan qurban.

"Pemilik ternak ini lebih memilih menjual sapinya dalam keadaan hidup kepada warga yang akan memotong hewan qurban pada hari raya Idul Adha nanti karena harganya lebih mahal," katanya.

Sementara itu Hendra Kamal (24) salah satu pedagang daging di kawasan Pasar Atas Curup menyebutkan saat ini harga jual daging sapi kelas satu seharga Rp120.000 per kg, harga ini cuma selisih Rp10.000 dari harga daging pada hari raya Idul Fitri lalu.

"Harga daging sapi ini bertahan setelah lebaran Idul Fitri lalu, di mana sebelum lebaran sempat tembus Rp130.000 per kg. Kenaikan harga daging sapi ini karena harga pembeliannya dari Lampung sudah naik, kami disini cuma mengambil Rp10.000 per kg. Jadi kalau untuk daging kelas satu harga beli Rp110.000 dan kami jual lagi Rp120.000 per kg, dan daging kelas dua Rp110.000 per kg," katanya.

Daging sapi yang dijual pedagang daging di daerah itu kata dia, saat ini sebagian besar di datangkan dari Provinsi Lampung, sedangkan untuk jenis sapi lokal selain bobotnya tidak sampai 100 kg juga harganya lebih mahal, dan barangnya juga tidak ada karena telah disiapkan untuk penjualan hewan kurban pada hari raya Idul Adha mendatang.

Sejauh ini dirinya tidak mengetahui penyebab kenaikan harga beli daging dari Provinsi Lampung tersebut apakah pengaruh pengurangan kuota impor sapi asal luar negeri atau tidak, namun yang jelas sejak terjadinya kenaikan harga ini membuat tingkat penjualan daging juga mengalami penurunan.***3***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015