Rejanglebong (Antara) - Pembuat tahu dan tempe di Curup, Kabupaten Rejanglebong, Provinsi Bengkulu, terpaksa memperkecil ukuran produksi sekitar 25 persen guna mensiasati naiknya harga jual kedelai impor yang merupakan bahan baku utama.

Waldi (48) salah satu pembuat tahu pong atau tahu khusus digoreng di Kelurahan Air Sengak, Kecamatan Curup, Jumat (28/8), mengaku tidak bisa menaikkan harga tahu kendati harga kedelai impor di daerah itu saat ini sudah mencapai Rp8.200 per kg dari harga sebelumnya Rp7.700 per kg.

Dia mengatakan harga kedelai impor dari Amerika mencapai Rp8.200 per kg, padahal lima hari sebelumnya masih di kisaran Rp7.700.

Harga kedelai tersebut dalam beberapa minggu terakhir sudah tiga kali naik dari Rp7.000 hingga mencapai Rp8.200 per kg.

"Kami tidak bisa menaikkan harga jual tahu, paling ukurannya saja yang dikecilkan," keluh Waldi.

Kekhawatiran terulangnya lonjakan harga kedelai impor yang sempat meroket di level tertinggi pada 2014 hingga mencapai Rp9.000 per kg, mulai menghantui dirinya serta rekan seprofesi lainnya karena harganya sudah mencapai Rp8.200 per kg.

Waldi setiap harinya mampu mengolah 50 kg kedelai menjadi ratusan potong tahu pong guna memenuhi kebutuhan pedagang tahu goreng di Kecamatan Curup. Pembuat tahu dan tempe saat ini hanya bisa berharap harga kedelai tidak terus merangkak naik sehingga tidak merobohkan usahanya.

Kenaikan harga kedelai impor yang dipengaruhi oleh nilai tukar dollar AS terhadap rupiah.

Pembuat tahu dan tempe masih bergantung dengan kedelai impor karena kedelai lokal kulaitasnya kurang bagus.

"Kedelai lokal harganya bisa selisih Rp1.000 per kg tapi masih kotor dan harus dibersihkan. Beda dengan kedelai impor yang sudah bersih," kata Waldi.

Hal serupa juga diutarakan Kastubi (62), pembuat tempe yang berharap harga kedelai impor tidak terus naik, dan ada solusi dari pemerintah untuk menekan harga.

"Kami ini hanya pengusaha kecil, kalau harganya terus naik nantinya usaha ini bisa tutup," katanya.

Setiap hari, Kastubi membutuhkan 100 kg kedelai untuk dijadikan tempe dan dijual di pasar. ***3***  

Pewarta: Nur Muhammad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015