Bengkulu (Antara) - Badan Pusat Statistik mengatakan sebanyak 70 persen dari gabah hasil pertanian Provinsi Bengkulu masih menjadi konsumsi pribadi keluarga petani yang mengolah sawah.

Kepala Bidang Statistik Produksi BPS Bengkulu, Zulfikar di Bengkulu, Rabu mengatakan hanya 30 persen hasil gabah Bengkulu yang tersedia untuk pangan daerah.

"Jadi kalau kita melihat surplus beras, jangan langsung beranggapan semuanya tersedia di lapangan," kata dia.

Untuk mewujudkan ketahanan pangan daerah khususnya ketersediaan padi, Pemerintah Provinsi Bengkulu bisa menggunakan data tersebut untuk merevitalisasi sistem pertanian khususnya untuk komoditas padi.

"Jadi hendaknya bisa mengubah sistem pertanian. Petani tidak lagi bercocok tanam hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga saja, tetapi untuk ketahanan pangan lokal dan nasional," katanya.

Hal itu kata Zulfikar sesuai dengan tujuan Nawa Cita Presiden Indonesia dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional dengan memanfaatkan sumber daya dalam negeri.

"Presiden mencanangkan berhenti mengimpor beras. Dengan target padi dalam negeri pada 2019 sebesar 82 juta ton," ucapnya.

Demi merealisasikan swasembada beras itu dibutuhkan upaya khusus untuk mencapai target. Utamanya di tingkat pemerintah daerah yang bersentuhan langsung dengan petani.

"Kami siap memberikan data yang berkualitas, memberikan bahan evaluasi dan gambaran seperti apa pertanian daerah. Dan apa saja yang perlu direvitalisasi," ujarnya.

Sementara pemerintah daerah diharapkan membuat perencanaan realisasi rehabilitasi jaringan irigasi tersier untuk lahan sawah dan membuat sumur bor untuk sediaan air bagi sawah yang tidak terjangkau aliran sungai.***3***

Pewarta: Boyke LW

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015