Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan pihaknya sedang melakukan penjajakan bisnis ke beberapa negara untuk menciptakan nilai tambah atas aset-aset gedung milik BUMN di sekitar Monas, Jakarta.
Erick menyebut BUMN memiliki 13 aset di sekitar Monas termasuk gedung milik PT Pertamina (Persero). Penciptaan nilai untuk aset-aset itu penting dilakukan, apalagi saat pemerintahan resmi pindah ke Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Nanti, kalau pemerintah ini pindah, gedung-gedung ini akan terabaikan. Nah itu kan sayang kalau tidak di value creation, makanya kemarin kita roadshow dengan para potensi pemain properti yang mau melihat ini sebagai opportunity," ujar Erick dalam acara Silaturahmi Bersama Menteri BUMN di Jakarta, Sabtu.
Penciptaan nilai tambah itu sebelumnya sudah dilakukan oleh BUMN di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di Sanur, Denpasar, Bali, setelah kawasan ekosistem pariwisata terintegrasi itu mulai dibangun pada Desember 2021.
Total investasi awal pembangunan KEK kesehatan dan pariwisata di Sanur itu mencapai Rp10,3 triliun pada lahan seluas 41,26 hektare. KEK kesehatan Sanur juga membuka lapangan pekerjaan baru yang ditargetkan mampu menarik 43 ribu tenaga kerja.
Erick menyampaikan hal yang sama juga perlu dilakukan dengan aset BUMN lainnya. Melalui Dana Reksa Property Fund ini, diharapkan aset-aset yang berada di sekitar Monas dapat berkembang memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.
"Kita tentu harus mendorong value creation baru, di mana aset-aset BUMN yang belum maksimal itu kita upgrading atau beri kesempatan, seperti yang sudah kita lakukan di Sanur," katanya.
Erick bersama dengan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo pun sedang gencar berkeliling beberapa negara untuk mencari investor potensial.
Erick dijadwalkan melakukan kunjungan ke Qatar untuk penjajakan bisnis, sedangkan Kartika tengah bertugas di Eropa untuk melakukan hal yang sama.
Dalam penjajakan bisnis yang sudah dilakukan di Hong Kong, Erick menyebut sudah mendapat respons dari investor di sana. Namun, ia belum bisa memberikan informasi lebih lanjut lantaran belum ada kontrak resminya.
"Kita kan korporasi ya, jadi kita harus ketemu investor, ketemu potensial partner gitu yang untuk kita jajaki, siapa tahu ada kesempatan kita meningkatkan value creation," kata Erick.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024
Erick menyebut BUMN memiliki 13 aset di sekitar Monas termasuk gedung milik PT Pertamina (Persero). Penciptaan nilai untuk aset-aset itu penting dilakukan, apalagi saat pemerintahan resmi pindah ke Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Nanti, kalau pemerintah ini pindah, gedung-gedung ini akan terabaikan. Nah itu kan sayang kalau tidak di value creation, makanya kemarin kita roadshow dengan para potensi pemain properti yang mau melihat ini sebagai opportunity," ujar Erick dalam acara Silaturahmi Bersama Menteri BUMN di Jakarta, Sabtu.
Penciptaan nilai tambah itu sebelumnya sudah dilakukan oleh BUMN di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di Sanur, Denpasar, Bali, setelah kawasan ekosistem pariwisata terintegrasi itu mulai dibangun pada Desember 2021.
Total investasi awal pembangunan KEK kesehatan dan pariwisata di Sanur itu mencapai Rp10,3 triliun pada lahan seluas 41,26 hektare. KEK kesehatan Sanur juga membuka lapangan pekerjaan baru yang ditargetkan mampu menarik 43 ribu tenaga kerja.
Erick menyampaikan hal yang sama juga perlu dilakukan dengan aset BUMN lainnya. Melalui Dana Reksa Property Fund ini, diharapkan aset-aset yang berada di sekitar Monas dapat berkembang memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.
"Kita tentu harus mendorong value creation baru, di mana aset-aset BUMN yang belum maksimal itu kita upgrading atau beri kesempatan, seperti yang sudah kita lakukan di Sanur," katanya.
Erick bersama dengan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo pun sedang gencar berkeliling beberapa negara untuk mencari investor potensial.
Erick dijadwalkan melakukan kunjungan ke Qatar untuk penjajakan bisnis, sedangkan Kartika tengah bertugas di Eropa untuk melakukan hal yang sama.
Dalam penjajakan bisnis yang sudah dilakukan di Hong Kong, Erick menyebut sudah mendapat respons dari investor di sana. Namun, ia belum bisa memberikan informasi lebih lanjut lantaran belum ada kontrak resminya.
"Kita kan korporasi ya, jadi kita harus ketemu investor, ketemu potensial partner gitu yang untuk kita jajaki, siapa tahu ada kesempatan kita meningkatkan value creation," kata Erick.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024