Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan rencana pengembangan modeling budidaya rumput laut di Rote Ndao dan Maluku Tenggara tahun ini.

Pengembangan tersebut diarahkan untuk menggenjot industri hilir rumput laut nasional.

"Tahun ini kami berencana mengembangkan pemodelan lagi di dua lokasi tambahan Rote Ndao dan Maluku Tenggara, masing-masing seluas 50 hektare, dengan target produksi di setiap lokasi sebesar 2.187 ton rumput laut basah per tahun," kata Menteri Trenggono pada acara seminar hilirisasi rumput laut terintegrasi yang menjadi rangkaian World Water Forum (WWF) ke-10 di Nusa Dua, Badung, Bali pada Rabu.

Baca juga: BRIN ungkap potensi rumput laut jadi sumber energi alternatif

KKP sebelumnya telah membangun modeling rumput laut ramah lingkungan di perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara seluas 50 hektare.

Trenggono menambahkan, strategi pemodelan budidaya rumput laut dapat meningkatkan produktivitas, meningkatkan pendapatan petani rumput laut, kesempatan kerja, sekaligus pertumbuhan ekonomi daerah.

Melengkapi pemodelan budidaya rumput laut, pihaknya juga menerapkan strategi revitalisasi untuk meningkatkan produksi budidaya rumput laut yang sudah ada dengan penyediaan bibit dan pembibitan kultur jaringan.

Stabilitas dan kualitas produksi di hulu menurutnya menjadi penopang tumbuhnya industri hilir rumput laut.

Baca juga: Jadi komoditas unggulan, rumput laut masuk peta peluang investasi 2022

Pada tahun 2022, budidaya rumput laut Indonesia menghasilkan 9,23 juta ton yang didominasi varian Cottonii sebagai bahan karagenan, disusul jenis rumput laut Sargassum, Gracilaria, Haliminea, dan Gelidium amanzii.

"Penelitian mengungkap peran penting rumput laut untuk membentuk masa depan umat manusia dan memastikan keberlanjutan ekologi. Rumput laut sebagai sumber pangan alternatif, industri biofarmasi dan kosmetik, pengganti plastik yang ramah lingkungan, dan penangkapan karbon," bebernya.

Adapun berdasarkan Future Market Insights tahun 2023, pasar rumput laut global mencapai 7,79 miliar dolar AS dan diproyeksikan akan terus meningkat menjadi 19,66 miliar dolar AS pada tahun 2033, dengan Tingkat Pertumbuhan Tahunan Majemuk (CAGR) sebesar 9,7 persen antara tahun 2023 – 2033.

Proyeksi tersebut menghadirkan peluang usaha rumput laut yang cukup besar, baik di hulu maupun hilir. Ia mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi lahan budidaya seluas 12,1 juta hektare, dan yang baru termanfaatkan hanya 0,8 persennya.

Baca juga: Tim dosen UMM latih warga membuat bakso rumput laut

Namun dalam mengoptimalkan peluang ekonomi di bidang rumput laut itu, menurutnya diperlukan kolaborasi semua pihak. Hadirnya pusat riset rumput laut tropis yang diluncurkan pada acara seminar itu turut akan menambah upaya penguatan ekosistem rumput laut di Indonesia.

"Di forum ini kami mengundang seluruh pemangku kepentingan, peneliti, dan investor untuk membangun kemitraan dan kolaborasi dalam penelitian, inovasi, dan integrasi hulu-hilir, dalam mendorong kemajuan pengembangan industri rumput laut di Indonesia," pungkasnya.

Adapun World Water Forum (WWF) ke-10 diselenggarakan bersama Pemerintah Indonesia dan Dewan Air Dunia atau World Water Council (WWC).

Mengusung tema “Air untuk Kesejahteraan Bersama” atau Water for Shared Prosperity, forum tersebut diharapkan memberikan solusi dalam menyediakan air untuk seluruh kehidupan.

Para pemimpin, kepala negara, dan puluhan ribu delegasi global akan bertukar gagasan dan pemikiran dalam mencari solusi masalah air dunia dalam forum yang digelar pada 18-25 Mei di Bali, Indonesia.

Lebih dari 200 sesi diskusi akan fokus memperkuat kemampuan dalam mengatasi berbagai tantangan dalam menyediakan air bersih dan adil bagi semua.

Pewarta: Bayu Saputra

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024