Program makan bergizi gratis yang diusung oleh presiden terpilih Prabowo Subianto dinilai relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Melalui program tersebut, puluhan juta anak akan mendapatkan asupan gizi yang cukup, sehingga mereka tumbuh menjadi generasi yang sehat dan produktif.
“Presiden Prabowo tengah berupaya membangun pondasi investasi sumber daya manusia (SDM) yang unggul menuju Indonesia Emas 2045,” ujar Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Bappenas, Amich Alhumami (Cak Amich).
Amich mengatakan masalah gagal tumbuh kembang anak atau stunting di Indonesia harus segera diatasi. Jika tidak, anak-anak usia belasan tahun akan kesulitan mengikuti pembelajaran.
"Dalam konteks inilah letak pentingnya program ini, dan ada dasar argumentasi ilmiah mengapa program makan bergizi serta bantuan gizi bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak balita sangat relevan dan diperlukan untuk Indonesia saat ini," ujar kata Amich yang merupakan doktor dari University of Sussex, Inggris.
Program-program pembangunan gizi yang dirancang oleh Prabowo bertujuan untuk mempersiapkan generasi emas di beberapa dekade mendatang. "Presiden terpilih, Prabowo Subianto, berusaha meletakkan dasar yang kokoh dengan memperbaiki investasi di sektor pendidikan dan kesehatan melalui pembangunan gizi," kata dia.
Sepanjang satu dekade, yaitu 2014-2024, Kabinet Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menekankan pentingnya akses, kualitas, dan relevansi SDM serta Iptek dalam pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals atau SDGs).
Presiden terpilih Prabowo Subianto juga menjadikan kualitas SDM sebagai salah satu misi utama dalam Asta Cita (8 misi), yaitu “Memperkuat pembangunan SDM, sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas”.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 yang disusun Bappenas, misi tersebut menjadi agenda utama dari total delapan agenda pembangunan Indonesia Emas 2045, yang dikenal sebagai transformasi Indonesia.
Pilar pertama adalah transformasi sosial, diikuti oleh transformasi ekonomi, tata kelola, supremasi hukum, stabilitas, kepemimpinan, ketahanan sosial budaya dan ekologi, pembangunan kewilayahan yang merata dan berkeadilan, serta pembangunan sarana dan prasarana yang berkualitas dan ramah lingkungan.
Dalam dokumen Visi Indonesia 2045, pilar transformasi sosial ditetapkan berupa peningkatan kualitas kehidupan manusia di seluruh siklus kehidupan dan menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera, adil, dan kohesif. Transformasi sosial menuju satu abad Indonesia (2045) menekankan pentingnya kesehatan untuk semua, pendidikan berkualitas yang merata, serta perlindungan sosial yang adaptif.
"Dalam membangun kualitas manusia Indonesia, pengalaman saya di Bappenas berfokus pada dua aspek yang berkaitan langsung dengan SDM yang unggul dan berdaya saing, yaitu kualitas pendidikan yang merata serta kesehatan untuk semua. Dua hal ini seperti dua sisi koin yang tak terpisahkan dengan kebudayaan, Iptek, dan ekonomi," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024
“Presiden Prabowo tengah berupaya membangun pondasi investasi sumber daya manusia (SDM) yang unggul menuju Indonesia Emas 2045,” ujar Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Bappenas, Amich Alhumami (Cak Amich).
Amich mengatakan masalah gagal tumbuh kembang anak atau stunting di Indonesia harus segera diatasi. Jika tidak, anak-anak usia belasan tahun akan kesulitan mengikuti pembelajaran.
"Dalam konteks inilah letak pentingnya program ini, dan ada dasar argumentasi ilmiah mengapa program makan bergizi serta bantuan gizi bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak balita sangat relevan dan diperlukan untuk Indonesia saat ini," ujar kata Amich yang merupakan doktor dari University of Sussex, Inggris.
Program-program pembangunan gizi yang dirancang oleh Prabowo bertujuan untuk mempersiapkan generasi emas di beberapa dekade mendatang. "Presiden terpilih, Prabowo Subianto, berusaha meletakkan dasar yang kokoh dengan memperbaiki investasi di sektor pendidikan dan kesehatan melalui pembangunan gizi," kata dia.
Sepanjang satu dekade, yaitu 2014-2024, Kabinet Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menekankan pentingnya akses, kualitas, dan relevansi SDM serta Iptek dalam pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals atau SDGs).
Presiden terpilih Prabowo Subianto juga menjadikan kualitas SDM sebagai salah satu misi utama dalam Asta Cita (8 misi), yaitu “Memperkuat pembangunan SDM, sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas”.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 yang disusun Bappenas, misi tersebut menjadi agenda utama dari total delapan agenda pembangunan Indonesia Emas 2045, yang dikenal sebagai transformasi Indonesia.
Pilar pertama adalah transformasi sosial, diikuti oleh transformasi ekonomi, tata kelola, supremasi hukum, stabilitas, kepemimpinan, ketahanan sosial budaya dan ekologi, pembangunan kewilayahan yang merata dan berkeadilan, serta pembangunan sarana dan prasarana yang berkualitas dan ramah lingkungan.
Dalam dokumen Visi Indonesia 2045, pilar transformasi sosial ditetapkan berupa peningkatan kualitas kehidupan manusia di seluruh siklus kehidupan dan menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera, adil, dan kohesif. Transformasi sosial menuju satu abad Indonesia (2045) menekankan pentingnya kesehatan untuk semua, pendidikan berkualitas yang merata, serta perlindungan sosial yang adaptif.
"Dalam membangun kualitas manusia Indonesia, pengalaman saya di Bappenas berfokus pada dua aspek yang berkaitan langsung dengan SDM yang unggul dan berdaya saing, yaitu kualitas pendidikan yang merata serta kesehatan untuk semua. Dua hal ini seperti dua sisi koin yang tak terpisahkan dengan kebudayaan, Iptek, dan ekonomi," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024