Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan riset fitoremediasi sebagai suatu metode yang digunakan pada air tawar untuk menghilangkan kontaminasi zat berbahaya guna mencegah tanaman akuatik asal Indonesia dari kepunahan.

"Fitoremediasi bekerja dengan cara menyerap karbon secara biologis. Proses ini melibatkan penyerapan polutan oleh akar tanaman air, kemudian memanfaatkan kontaminan tersebut untuk kebutuhan hidupnya, seperti fotosintesis," kata Peneliti Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional (PRBBOOT), BRIN Media Fitri Isma Nugraha melalui keterangan di Jakarta, Selasa.

Baca juga: BRIN dan pihak swasta kerja sama dalam riset pemanfaatan sorgum

Media mengatakan proses tersebut juga membantu mengembalikan nutrisi yang baik untuk memperbaiki kondisi perairan yang telah rusak atau tercemar, karena fitoremediasi dinilai ramah lingkungan, relatif murah dan dapat diandalkan untuk mengolah air yang terkontaminasi.

Ia mengatakan dirinya bersama tim melakukan penelitian tentang fitoremediasi di kawasan Danau Ledulu, Kabupaten Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT). Di danau tersebut, ditemukan berbagai jenis tumbuhan air, seperti Panicum, Ludwigia adscendens, H. Hara, Najas indica, Ipomea aquatica, Pontederia korsakowii, Callitriche, Bocopa monnierii, dan Nymphoea alba.

"Tumbuhan-tumbuhan ini diambil untuk mendeteksi serapan logam berat di danau tersebut," ujarnya.

Baca juga: BRIN kembangkan riset tanaman lidah buaya untuk pencegahan stunting

Media memaparkan dirinya bersama tim juga melakukan autentifikasi tumbuhan perairan. Menurutnya, hal ini penting dilakukan, sebab dalam tumbuhan air sering terjadi variasi hibrida, seperti perbedaan warna dan bentuk.

Autentifikasi tersebut, lanjut dia, bertujuan untuk menghindari kesalahan identifikasi spesies, sehingga bisa mencegah kesalahan dalam pendeteksian dan memastikan klarifikasi spesies yang tepat, sebab habitat dan ekosistem tumbuhan air bisa sangat bervariasi.

Ia menjelaskan beberapa spesies mungkin hanya dapat ditemukan di habitat tertentu sebagai spesies endemik, sementara yang lain memiliki ekosistem yang lebih luas.

"Kemudian, dari riset ini kami juga melakukan phytochemical analisis. Analisis ini penting untuk melihat metabolit sekunder yang dikeluarkan oleh tumbuhan air ini, yang dapat kita manfaatkan, seperti apakah dia mengandung terpenes, phenolic, compounds, antioxsidant alkaloids, tannins, saponins, terpenoids, anthraquinone, glycoside, flavonoids, dan lainnya," tuturnya.

Baca juga: BRIN pacu riset sumber daya hayati untuk mendukung Indonesia Emas 2045

Selain berfungsi sebagai antibakteri, Media juga menekankan pelindungan tanaman akuatik penting untuk diperhatikan, karena tumbuhan air juga mengandung senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk ikan maupun manusia.

Selain itu, sambungnya, keberadaan tumbuhan air dapat mempercantik ekosistem, baik di akuarium maupun di alam, sehingga memberikan nilai estetika yang lebih.

"Oleh karena itu, kita perlu menjaga kelestarian tumbuhan air dan memastikan perairan tetap bersih agar kita bisa mendapatkan manfaat yang lebih besar dari ekosistem perairan kita," ucap Media Fitri Isma Nugraha.

Pewarta: Sean Filo Muhamad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024