Bengkulu (Antara) - Ketua Dewan Perwakilan Daerah RI Irman Gusman mengatakan bahwa hantu spekulan yang membuat harga-harga bahan pokok meningkat jauh lebih berbahaya daripada paham komunis yang kini jadi polemik di masyarakat.

"Hantu spekulan justru lebih berpotensi merongrong negara daripada mengulas paham komunis yang sudah terbukti gagal eksis di negara ini," kata Irman saat meninjau gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) di Kota Bengkulu, Kamis.

Ia mengatakan aksi spekulan menyebabkan inflasi tinggi dalam perekonomian, sebab harga-harga masih bertahan pada posisi tinggi.

Harga daging sapi contohnya, bertahan pada harga Rp120 ribu per kilogram, harga gula pasir naik menjadi Rp14 ribu per kilogram.

"Padahal, harga rata-rata gula pasir di pasar dunia hanya Rp5.000 per kilogram," ucapnya.

Irman mencontohkan di negara Malaysia yang membuat aturan bahwa penimbunan sembako adalah tindakan represif atau tindak kejahatan yang membahayakan negara.

Berdagang menurut Irman masih dapat ditolerir bila membeli harga Rp10 ribu dijual Rp12 ribu. Sedangkan pedagang yang membeli Rp9 ribu lalu menjadi Rp25 ribu, termasuk spekulan berbahaya.

Lebih lanjut, Ketua DPD dari daerah pemilihan Sumatera Barat ini mengatakan saat ini dunia sedang menghadapi tiga krisis, salah satunya adalah krisis pangan.

"Untuk mewujudkan kedaulatan pangan maka fungsi Bulog harus dikuatkan dan didukung penuh," ucapnya.

Ia berpendapat, fungsi Bulog seharusnya tidak lagi menjadi perusahaan yang berorientasi pada keuntungan, tapi stabilisasi harga untuk kesejahteraan rakyat.

Kepala Bulog Divisi Regional Bengkulu, Imran Rasidi Abdullah mengatakan saat ini persediaan beras yang disimpan di beberapa gudang Bulog mencapai 15 ribu ton.

"Persediaan yang ada ini cukup untuk kebutuhan hingga delapan bulan, karena itu masyarakat tidak perlu panik," ujar Imran.

Selain meninjau persediaan beras di Gudang Bulog, Irman melanjutkan kunjungan ke pasar tradisional Pasar Minggu, Kota Bengkulu dan menghadiri pertemuan Forum Masyarakat Minang di Kota Bengkulu.***3***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Riski Maruto


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016