Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada 2025 mampu tumbuh di atas 4,7 persen, lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"Kami proyeksikan 2025 pertumbuhan ekonomi lebih baik lagi, juga inflasi tetap terkendali pada rentang sasaran inflasi nasional. Dalam rentang di atas pertumbuhan 2024, di atas 4,7 persen, tetapi mungkin tidak sampai 5 persen di antara itu," kata Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Ditha Aditya Nugraha di Bengkulu, Kamis.

Pertumbuhan ekonomi Bengkulu pada 2020 atau saat pandemi jatuh pada minus 0,02 persen, kemudian di 2021 membaik dengan tumbuh 3,17 persen. Perekonomian Bengkulu kembali membaik pada 2022 yang tumbuh 4,31 persen, namun sedikit melambat di 2023 yang dicatat 4,26 persen (yoy).

Kemudian pada 2024 ini, pertumbuhan ekonomi Bengkulu diperkirakan mampu tumbuh pada rentang 4,49-4,71 persen (yoy). Hal tersebut sudah mulai terlihat dari angka pertumbuhan ekonomi Bengkulu triwulan III 2024 yang tumbuh sebesar 4,57 persen.

Menurut Aditya untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik di 2025, pemerintah daerah bersama Bank Indonesia telah membentuk tim percepatan investasi sebagai langkah beralihnya fondasi Bengkulu dari sektor konsumsi ke investasi.
 
"Upaya pemerintah dalam pembangkitan pertumbuhan ekonomi, Provinsi Bengkulu harus ditopang oleh peningkatan investasi dan kami bersama pemerintah Provinsi Bengkulu sudah mempunyai tim percepatan investasi dan kami terus akan melanjutkan upaya-upaya terkait dengan peningkatan investasi di Provinsi Bengkulu," kata dia.
 
Kemudian, Bank Indonesia bersama pemerintah daerah juga melakukan kurasi terhadap sejumlah destinasi-destinasi potensial investasi daerah yang ada di 10 kabupaten dan kota di Bengkulu.
 
Hal itu tujuannya agar para calon investor mendapatkan data dan informasi akurat tentang potensi investasi, sehingga mereka lebih memiliki kepastian dan tertarik lagi untuk berinvestasi di Bengkulu.
 
Tidak hanya sisi investasi, Bank Indonesia juga terus meningkatkan kualitas dari UMKM setempat agar mereka dapat menjangkau pasar internasional. UMKM pun didampingi dalam membangun merek, manajemen bisnis, perizinan serta promosi.
 
Selain itu, lanjut dia TPID juga terus berperan optimal seperti di 2024 dalam menjaga inflasi sesuai sasaran inflasi nasional 2,5 plus minus 1 persen. Inflasi yang rendah dan stabil juga akan memberikan dorongan positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah karena tidak membebani daya beli masyarakat namun juga tidak membuat sektor produksi lesu.
 
Namun, kata Aditya pada 2025 juga ada tantang yang perlu diperhatikan yakni kondisi ekonomi global yang masih belum stabil karena pertikaian yang terjadi di sejumlah negara.
 
"Tantangan di 2025, dinamika ekonomi global masih belum ada kepastian, di mana ada beberapa terkait pertikaian di beberapa negara. Kemudian terkait dengan iklim, di mana La-Nina kami perkiraan juga masih berdampak hingga triwulan pertama 2025, itu tantangan baik dari sisi perekonomian global maupun iklim," ujarnya.

Pewarta: Boyke Ledy Watra

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024