Bengkulu (Antara) - Jumlah orang dengan HIV/AIDS atau ODHA di Provinsi Bengkulu hingga November 2016 sebanyak 785 orang atau meningkat dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya sekitar 700 jiwa.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, Amin Kurnia di Bengkulu, Rabu, mengatakan, data ODHA yang didapat yakni berasal dari rumah sakit daerah yang ada di Bengkulu serta laporan dari organisasi penggiat peduli ODHA.
"Data ini hanya yang memeriksakan diri saja, dan pengecekan yang kita gelar ke sejumlah lokasi tertentu, kalau jumlah riil, kita yakin jauh lebih besar dari itu," kata dia.
Tidak seluruh pengidap HIV/AIDS di Bengkulu yang bersedia memberikan informasi bahwa dirinya ODHA. Begitu juga masyarakat rentan, mereka tidak mau atau takut memeriksakan diri.
Pemerintah Provinsi Bengkulu jadi kesulitan mendeteksi seluruh ODHA sebab terkendala hak dan privasi setiap orang, sebab tidak ada paksaan bagi yang ingin merahasiakan status mereka.
"Kita melihat seperti fenomena gunung es, data yang kita peroleh itu hanya sebagian puncak kecil saja, sedangkan yang berstatus jauh lebih banyak, karena tidak terdata," kata dia lagi.
Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu menyarankan agar masyarakat peduli dan mengecek kesehatan mereka sehingga pemerintah daerah bisa memberikan penanganan cepat jika terdeteksi positif.
"Nanti akan diberikan obat ARV, jika ditangani cepat dengan pemberian obat itu, ODHA bisa hidup normal seperti yang lainnya, karena ARV menghambat virus berkembang di tubuh," ucapnya.
Dengan pengecekan HIV/AIDS, menurut Amin, artinya ODHA juga peduli dengan keluarga, jika diketahui mengidap akan ada beberapa tindakan yang perlu diterapkan agar keluarga tidak ikut tertular.
"Oleh Karena itu kita ajak memeriksakan diri, nanti akan ada edukasi, serta dukungan lainnya seperti pendampingan. Untuk data ODHA tertinggi yakni di Kota Bengkulu dan Kabupaten Rejang Lebong," ujarnya.***4***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, Amin Kurnia di Bengkulu, Rabu, mengatakan, data ODHA yang didapat yakni berasal dari rumah sakit daerah yang ada di Bengkulu serta laporan dari organisasi penggiat peduli ODHA.
"Data ini hanya yang memeriksakan diri saja, dan pengecekan yang kita gelar ke sejumlah lokasi tertentu, kalau jumlah riil, kita yakin jauh lebih besar dari itu," kata dia.
Tidak seluruh pengidap HIV/AIDS di Bengkulu yang bersedia memberikan informasi bahwa dirinya ODHA. Begitu juga masyarakat rentan, mereka tidak mau atau takut memeriksakan diri.
Pemerintah Provinsi Bengkulu jadi kesulitan mendeteksi seluruh ODHA sebab terkendala hak dan privasi setiap orang, sebab tidak ada paksaan bagi yang ingin merahasiakan status mereka.
"Kita melihat seperti fenomena gunung es, data yang kita peroleh itu hanya sebagian puncak kecil saja, sedangkan yang berstatus jauh lebih banyak, karena tidak terdata," kata dia lagi.
Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu menyarankan agar masyarakat peduli dan mengecek kesehatan mereka sehingga pemerintah daerah bisa memberikan penanganan cepat jika terdeteksi positif.
"Nanti akan diberikan obat ARV, jika ditangani cepat dengan pemberian obat itu, ODHA bisa hidup normal seperti yang lainnya, karena ARV menghambat virus berkembang di tubuh," ucapnya.
Dengan pengecekan HIV/AIDS, menurut Amin, artinya ODHA juga peduli dengan keluarga, jika diketahui mengidap akan ada beberapa tindakan yang perlu diterapkan agar keluarga tidak ikut tertular.
"Oleh Karena itu kita ajak memeriksakan diri, nanti akan ada edukasi, serta dukungan lainnya seperti pendampingan. Untuk data ODHA tertinggi yakni di Kota Bengkulu dan Kabupaten Rejang Lebong," ujarnya.***4***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016