Padang (Antaranews Bengkulu) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumbar, menilai maraknya fenomena lesbian gay biseksual dan transgender (LGBT) hari ini  salah satu dipicu oleh sifat permisif atau serba membolehkan sesuatu di tengah masyarakat.

"Sekarang kalau melihat fenomena ini orang kerap membiarkan saja asalkan pelakunya bukan keluarga sendiri, sikap seperti ini membuat LGBT tumbuh subur," kata Ketua MUI Sumbar, Gusrizal Gazahar di Padang, Selasa.

Menurutnya hal itu diperparah oleh penghalusan istilah dengan menyebut perilaku tersebut  adalah orientasi seksual yang berbeda.

"Dalam Islam jelas ini bukan berbeda tapi penyimpangan dan jelas larangannya," ujar dia.

Akibatnya sikap ketidaksenangan terhadap hal itu menurun, sementara kalau ingin mencegahnya  maka salah satu yang harus dilakukan adalah semua pihak harus sepakat  LGBT adalah perilaku mungkar, jelasnya.

Ia menilai kesepakatan itu harus jadi program bersama semua pemangku kepentingan mulai dari eksekutif, legislatif hingga semua masyarakat.

"Satpol PP tidak akan bisa mengawasi itu 24 jam, karena itu masyarakat harus punya kesadaran dan bersepakat menolak LGBT secara sosial di tingkat tataran terendah seperti kelurahan hingga nagari" katanya.

Ia mengelompokan pelaku LGBT menjadi tiga kategori yaitu mereka yang memandang itu sebagai  ideologi atau jalan hidup, para  korban  dan mereka yang berpeluang jadi korban.

"Para pelaku ideologis sebaiknya harus diumumkan secara terang-terangan agar tidak jatuh korban baru," lanjutnya.

Ia mengakui dalam dunia medis itu adalah rahasia dan bisa  melanggar kode etik, namun siapa yang menyebar kemudharatan kepada umat dan bisa membahayakan maka itu harus disebarluaskan sebagai bagian pencegahan.

"Orang-orang yang secara ideologis ini kemana-mana bergerak mengembangkan perilakunya, masyarakat tidak bisa diam saja membiarkannya," ujarnya.

Sebelumnya, berdasarkan  hasil penelitian yang dilakukan Perhimpunan Konselor VCT dan HIV AIDS Indonesia di Sumbar menemukan perilaku lesbian gay biseksual transgender (LGBT) khususnya hubungan seksual antara sesama laki-laki menjadi pemicu HIV tertinggi di Sumbar.

"Berdasarkan data yang dihimpun  dari Kementerian Kesehatan  terdapat 10.376 kasus HIV baru pada periode Januari sampai Maret 2018 dengan persentasi lelaki suka lelaki sebesar 28 persen," ujar konselor Perhimpunan Konselor VCT dan HIV AIDS Indonesia, Sumbar, Khaterina Welong.

Ia memperkirakan saat ini jumlah  lelaki penyuka sesama jenis di Sumbar  14.469 orang, jumlah  waria 2.501 orang  dengan perkiraan pelanggan 2,5 kali lipat.

Artinya kalau pelanggan waria adalah bapak-bapak maka masuk kategori laki-laki suka laki-laki dengan demikian total pria penyuka sesama jenis diperkirakan mencapai 20 ribu orang, jelas dia.

Sementara Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno mengatakan  perlu diklarifikasi bahwa data yang disampaikan tersebut  baru estimasi, bukan angka yang sebenarnya.

"Sumbar dikenal dengan daerah agama yang menolak keras LGBT, namun di sini ternyata ada ini menjadi persoalan tersendiri, ujarnya.

Ia mengajak semua pihak serius menyikapinya tanpa kecuali harus bahu membau terlibat termasuk para orang tua.

Pewarta: Ikhwan Wahyudi

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018