Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Lada hitam produksi Bengkulu pekan ini dibeli pedagang pengumpul Rp40.000 perkilogram, turun dari sebelumnya bertahan Rp42.000 per kilogram.
"Kami sulit sekali menjual produksi perkebunan seperti kopi, lada dan coklat karena pedagang pengumpul sebagian besar tutup dan balik lebaran," kata seorang petani lada di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu, Samiran, Kamis.
Ia mengatakan, biasanya lada itu dijual dengan pedagang pengumpul di pekan-pekan, namun harganya sangat rendah yaitu Rp25.000/kg dan terpaksa menjual ke pedagang di Kota Bengkulu.
Sesampai di Kota Bengkulu gudang pedagang itu sudah tutup dan ada pembantunya yang bersedia membeli dengan harga Rp40.000/kg, ujarnya. "Kami sudah tutup pak tidak kegiatan lagi, berhubung jumlah lada bapak lebih dari 50 kilogram, maka bos menyarankan untuk dibeli dengan harga tersebut," ujar menirukan pedagang pengumpul tersebut.
Para petani, katanya, sebagian mengeluh karena harga hasil perkabunan menjelang lebaran ini sebagian besar turun, sedangkan masyarakat membutuhkan dana untuk berlebaran.
Seorang pedagang pengumpul hasil bumi di Kota Bengkulu Edi Kasim, mengatakan, pihaknya tidak kegiatan sejak awal pekan lalu karena sebagian besar karyawannya libur lebaran. "Saya saja sekarang sudah di Palembang dan pulang hingga usai lebaran," ujarnya.
Ia mengatakan, produksi lada hitam asalan dari Provinsi Bengkulu hingga saat ini sebagian besar dipasok ke Provinsi Lampung dan wilayah Sumsel hal itu sangat tergantung dengan permintaan dari pedagang besar tersebut. Sentra produksi lada asalan di Bengkulu paling banyak dari Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Kaur, sedangkan daerah lain sangat minim.
Seorang pedagang rempah di Kota Bengkulu Asman mengatakan, permintaan lada putih hingga saat ini belum ada peningkatan, berbeda dengan awal masuk puas lalu permintaan cukup tinggi sedangkan stok terbatas.
"Kami setiap minggu tetap mendapat pasokan dari pedagang besar dari Palembang rata-rata 50 kilogram,`katanya.
Lada putih itu, tetap dijual per on karena yang membeli dalam jumlah kilogram terbatas, setiap ons biasanya dijual menjadi Rp10.000.Selain itu permintaan bahan rempah seperti kunyit, buah pala, lada hitam, ketumbar dan jenis rempah lainnya cendrung meningkat, ujarnya.(Z005)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
"Kami sulit sekali menjual produksi perkebunan seperti kopi, lada dan coklat karena pedagang pengumpul sebagian besar tutup dan balik lebaran," kata seorang petani lada di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu, Samiran, Kamis.
Ia mengatakan, biasanya lada itu dijual dengan pedagang pengumpul di pekan-pekan, namun harganya sangat rendah yaitu Rp25.000/kg dan terpaksa menjual ke pedagang di Kota Bengkulu.
Sesampai di Kota Bengkulu gudang pedagang itu sudah tutup dan ada pembantunya yang bersedia membeli dengan harga Rp40.000/kg, ujarnya. "Kami sudah tutup pak tidak kegiatan lagi, berhubung jumlah lada bapak lebih dari 50 kilogram, maka bos menyarankan untuk dibeli dengan harga tersebut," ujar menirukan pedagang pengumpul tersebut.
Para petani, katanya, sebagian mengeluh karena harga hasil perkabunan menjelang lebaran ini sebagian besar turun, sedangkan masyarakat membutuhkan dana untuk berlebaran.
Seorang pedagang pengumpul hasil bumi di Kota Bengkulu Edi Kasim, mengatakan, pihaknya tidak kegiatan sejak awal pekan lalu karena sebagian besar karyawannya libur lebaran. "Saya saja sekarang sudah di Palembang dan pulang hingga usai lebaran," ujarnya.
Ia mengatakan, produksi lada hitam asalan dari Provinsi Bengkulu hingga saat ini sebagian besar dipasok ke Provinsi Lampung dan wilayah Sumsel hal itu sangat tergantung dengan permintaan dari pedagang besar tersebut. Sentra produksi lada asalan di Bengkulu paling banyak dari Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Kaur, sedangkan daerah lain sangat minim.
Seorang pedagang rempah di Kota Bengkulu Asman mengatakan, permintaan lada putih hingga saat ini belum ada peningkatan, berbeda dengan awal masuk puas lalu permintaan cukup tinggi sedangkan stok terbatas.
"Kami setiap minggu tetap mendapat pasokan dari pedagang besar dari Palembang rata-rata 50 kilogram,`katanya.
Lada putih itu, tetap dijual per on karena yang membeli dalam jumlah kilogram terbatas, setiap ons biasanya dijual menjadi Rp10.000.Selain itu permintaan bahan rempah seperti kunyit, buah pala, lada hitam, ketumbar dan jenis rempah lainnya cendrung meningkat, ujarnya.(Z005)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012