Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Permintaan terhadap produk kerajinan dari bahanb baku kulit kayu lantung yang merupakan kerajinan khas Bengkulu meningkat selama libur Lebaran 2012.
"Sebagian besar pembelinya dari luar kota yang tertarik dengan bahan dasar kulit kayu lantung," kata Mardi, pengrajin kulit kayu lantung di Jalan Suprapto Kota Bengkulu, Kamis.
Ia mengatakan kerajinan kulit kayu lantung dijadikan berbagai produk seperti gantungan kunci, tabungan, bingkai foto dan lain sebagainya.
Sejak berjualan pada H+1, jumlah pembeli meningkat terutama pesanan kayu lantung berhiaskan replika bunga rafflesia. "Tabungan, bingkai foto, tempat pena dan lainnya yang berhiaskan bunga rafflesia banyak diminta," katanya.
Meski jumlah pengrajin yang berjualan di emper pertokoan Jalan Suprapto semakin berkurang, menurutnya bisnis tersebut masih menjanjikan. "Sebagian besar pengrajin sekaligus penjual yang berdagang di emper toko sudah tutup karena pusat oleh-oleh di Kelurahan Anggut juga menyediakan kerajinan kulit kayu lantung," katanya menjelaskan.
Pada awal 1990-an hingga awal 2000-an emperan Jalan Suprapto mirip dengan kawasan Malioboro di Yogyakarta yang dipenuhi pengrajin. Namun, keberadaan pengrajin kulit kayu lantung tersebut semakin berkurang karena sebagian kesulitan permodalan. "Sekarang pengrajin bekerja di rumah lalu produknya dititip di toko-toko di Kelurahan Anggut," katanya.
Keberadaan toko makanan dan kerajinan khas di Jalan Soekarno-Hatta Kelurahan Anggut semakin praktis sebab pembeli bisa sekaligus mendapatkan makanan, kerajinan khas bahkan kain batik Bengkulu yang disebut besurek dalam satu toko.(rni)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
"Sebagian besar pembelinya dari luar kota yang tertarik dengan bahan dasar kulit kayu lantung," kata Mardi, pengrajin kulit kayu lantung di Jalan Suprapto Kota Bengkulu, Kamis.
Ia mengatakan kerajinan kulit kayu lantung dijadikan berbagai produk seperti gantungan kunci, tabungan, bingkai foto dan lain sebagainya.
Sejak berjualan pada H+1, jumlah pembeli meningkat terutama pesanan kayu lantung berhiaskan replika bunga rafflesia. "Tabungan, bingkai foto, tempat pena dan lainnya yang berhiaskan bunga rafflesia banyak diminta," katanya.
Meski jumlah pengrajin yang berjualan di emper pertokoan Jalan Suprapto semakin berkurang, menurutnya bisnis tersebut masih menjanjikan. "Sebagian besar pengrajin sekaligus penjual yang berdagang di emper toko sudah tutup karena pusat oleh-oleh di Kelurahan Anggut juga menyediakan kerajinan kulit kayu lantung," katanya menjelaskan.
Pada awal 1990-an hingga awal 2000-an emperan Jalan Suprapto mirip dengan kawasan Malioboro di Yogyakarta yang dipenuhi pengrajin. Namun, keberadaan pengrajin kulit kayu lantung tersebut semakin berkurang karena sebagian kesulitan permodalan. "Sekarang pengrajin bekerja di rumah lalu produknya dititip di toko-toko di Kelurahan Anggut," katanya.
Keberadaan toko makanan dan kerajinan khas di Jalan Soekarno-Hatta Kelurahan Anggut semakin praktis sebab pembeli bisa sekaligus mendapatkan makanan, kerajinan khas bahkan kain batik Bengkulu yang disebut besurek dalam satu toko.(rni)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012