Jakarta (Antaranews Bengkulu) - Kementerian Perindustrian menilai perang dagang antara Amerika Serikat dan China berdampak positif dan menguntungkan Indonesia karena banyak perusahaan China yang berencana merelokasi bisnisnya ke Indonesia.
    
"Walaupun adanya perang dagang, Indonesia diuntungkan dengan rencana relokasi perusahaan Tiongkok ke Indonesia untuk menghindari peningkatan tarif," kata Staf Ahli Menteri Perindustrian Bidang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri, Imam Haryono dalam Seminar Outlook Ekonomi di Kementerian Perindustrian Jakarta, Kamis.
    
Imam menjelaskan sejumlah perusahaan asal China sudah menyatakan komitmennya untuk memindahkan basis produksinya ke Indonesia, namun ia belum bisa menyebutkan sektor perusahaan tersebut.
    
Menurut dia, dalam kondisi yang menguntungkan ini, Indonesia juga harus berkompetisi dengan negara tetangga lainnya, seperti Vietnam, Thailand dan Malaysia terkait relokasi industri dari China ke Asia Tenggara.
    
"Proses untuk relokasi yang sudah nyata itu Vietnam. Kita harus berkompetisi dengan Vietnam, Thailand dan Malaysia untuk relokasi industri yang berlokasi di China untuk keluar, terutama ASEAN," kata dia.
    
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan beberapa industri tekstil dan alas kaki global sedang mempertimbangkan pemindahan pabrik dari China ke Indonesia.
    
Ia menyampaikan, pada 2019 ada investor China yang bakal menanamkan modalnya sebesar Rp10 triliun di sektor industri tekstil. Investasi ini mengarah kepada pengembangan sektor menengah atau midstream, seperti bidang pemintalan, penenunan, pencelupan, dan pencetakan.
    
Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia dinilai menjadi salah satu negara tujuan utama bagi investor China. Ini seiring pula dengan komitmen pemerintah yang terus menciptakan iklim investasi kondusif dan memberikan kemudahan dalam proses perizinan usaha.
    
Ada pun perang dagang antara Amerika Serikat dan China akhirnya menyetujui moratorium untuk meredakan dagang selama 90 hari sejak 3 Desember 2018, dengan penundaan kenaikan tarif oleh AS sebesar 25 persen dengan total 200 miliar dolar AS.

Pewarta: Mentari Dwi Gayati

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019