Bengkulu (Antara News Bengkulu) - Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) M Yunus Bengkulu menjelaskan kronologi penyebab kematian bayi kembar yang dirawat di rumah sakit itu bukan disebabkan matinya lampu inkubator tapi kondisi bayi pada saat itu tengah kritis. 

“Meninggalnya bayi kembar tersebut bukan disebabkan oleh mati lampu melainkan karena kondisi pasien yang memang lahir dalam kondisi prematur dan kritis," kata Ketua Komite Keperawatan Rumah Sakit M Yunus, Desy Susanti di Bengkulu, Kamis. 

Sebelum datang ke Rumah sakit M. Yunus kata dia, pasien sempat dirawat di dua rumah sakit lain di Kota Bengkulu dalam posisi belum melahirkan. 

Kondisi bayi kembar saat lahir memang cukup lemah dengan berat badan rendah hanya 800 gram dan kedua bayi tersebut lahir prematur (belum cukup bulan)  hanya berusia 26 minggu. 

Selain itu dirinya menyebutkan bahwa lamanya mati lampu tersebut hanya berkisar antara 5 hingga 10 menit saja. 

Untuk diketahui, pasangan suami istri Sudarmono (37) dan Sunarsih (38) warga Jalan Depati Payung 8, Kelurahan Pagar Dewa, Kecamatan Selebar Kota Bengkulu harus kehilangan anak kembarnya yang meninggal di rumah sakit M. Yunus beberapa waktu lalu. 

Meninggalnya bayi kembar mereka diduga disebabkan akibat listrik di ruang inkubator rumah sakit padam. 

Diceritakan sang ayah, Sudarmono, saat melahirkan, kandungan istrinya berusia 6 bulan 3 minggu, sehingga harus melahirkan secara prematur.

Menurut sang ayah kejadian mati listrik di ruangan inkubator selama 30 menit dan hanya ruangan tersebutlah yang mengalami mati lampu. 

“Saya sangat menyesali listrik di ruangan inkubator mati selama kurang lebih 30 menit. Listrik yang mati pun hanya di ruangan inkubator aja saat itu, sedangkan anak saya butuh perawatan dari ruangan inkubator," katanya.

Pewarta: Anggi Mayasari

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019