Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi kembali melanjutkan pelemahan yang terjadi pada hari sebelumnya (27/2).

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Kamis, mengatakan tingginya risiko perekonomian global seperti perlambatan di Eropa dan China, membuat pelaku pasar kembali beralih ke dolar AS.

"Rupiah dalam perdagangan hari ini kemungkinan akan diperdagangkan di level penguatan di Rp14.006  dan pelemahan  di Rp14.066," ujar Ibrahim.

The NBS Manufacturing PMI China berlanjut turun menjadi 49,2 di bulan Februari 2019 dari 49,5 pada Januari 2019. Penurunan atau kontraksi tersebut terjadi dalam tiga bulan berturut-turut. 

NBS ini mengukur kinerja dari sektor manufaktur dengan melakukan survei pada perusahaan-perusahaan skala besar dan milik pemerintah. 

Sementara untuk survei NBS yang nonmanufaktur turun menjadi 54,3 pada Februari 2019 dan 54,7 pada Januari 2019, dan di bawah konsensus di 54,4.

Kendati masih di atas level 50 yang artinya ekspansi, tetapi mencatat terjadinya perlambatan. 

"Perlambatan PMI di China ini menjadi indikasi berlanjutnya perlambatan ekonomi China," ujar ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih.

Bank Dunia perkirakan ekonomi China tumbuh 6,2 persen pada 2019 ini dari realisasi 6,6 persen pada 2018.

Hingga pukul 10.20 WIB, nilai tukar rupiah masih bergerak melemah 36 poin menjadi Rp14.066 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.030 per dolar AS.

Pewarta: Citro Atmoko

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019