Bandung, (ANTARA Bengkulu) - Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan Australia membuat peta kawasan rawan gempa bumi yang ditargetkan akan selesai tahun 2014.
         
"Tadi kita diaudit teknis oleh Australia, apakah memang peta rawan gempa bumi itu perlu atau tidak. Apakah kita memerlukan peningkatan sumber daya manusia, seperi apa dan seterusnya," kata Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono saat ditemui di Kantor PVMBG, di Kota Bandung, Rabu.
         
Surono mengatakan, nama lembaga dari Australia yang bekerjasama untuk pembuatan peta kawasan rawan gempa bumi tersebut ialah Australian Indonesian Facility Disaster Redaction (AIFDR).
         
"Sebetulnya payungnya itu Australia dengan BNPB kemudian bekerja sama dengan kita," kata dia.
         
Ia menjelaskan, dipihak Indonesia sendiri Badan Geologi bekerjasama dengan perguruan tinggi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan BMKG.
         
Ketika ditanyakan apa yang membedakan peta kawasan rawan gempa bumi yang dibuat oleh pihaknya dengan Tim Sembilan yang membuat peta gempa bumi pada tahun 2010, Surono menuturkan peta dari Tim Sembilan akan dijadikan dasar.
         
"Itu akan dijadikan sebagai dasar. Tim Sembilan itu membuat peta percepatannya. Nah peta itu harus ditambahkan sama informasi geologi, sejarah kegempaan, masalah lalu yang ratusan bahkan ribuan tahun," kata dia.
         
Selain itu, kata Surono, peta kawasan rawan gempa bumi yang akan dibuat oleh pihaknya, memiliki periode ulang sekitar 500 tahun dan plus minus 50 tahun.
         
"Dan tadi juga bagaimana kontrol walibinya disamping tadi bicara tentang teknis. Kita juga akan bawa ke seminar-seminar nasional ataupun internasional. Untuk mendapatkan masukan dari internasional juga" katanya. (ant)

Pewarta:

Editor : Triono Subagyo


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012