Musi Rawas, Sumsel (ANTARA Bengkulu) - Komunitas adat terpencil Sungai Teras, Kabupaten Musi Rawas, Sumatra Selatan yang selama ini hidup mengisolasi diri, mulai membaur dengan masyarakat setempat.
"Mereka mulai belajar hidup layak dan membaur dengan masyarakat lokal, tidak lagi hidup berpindah-pindah," kata pembina Komunitas Adat Terpencil (KAT) Sungai Teras Sudirman, di Musi Rawas.
Komunitas adat yang dulu disebut suku Kubu di daerah itu berjumlah 138 jiwa atau 35 kepala keluarga (KK). Mereka sebelumnya hidup berpindah-pindah dengan mata pencaharian utama berburu, mencari umbi-umbian dan madu.
"Saat ini kehidupan kelompok tersebut mulai mengalami kemajuan dan telah menetap dengan mata pencarian bertani dan berkebun karet," katanya.
Meski sarana dan prasarana yang dimiliki kampung mereka masih kurang, terutama untuk sarana pendidikan, peribadatan dan sarana umum lainnya, mereka mulai bisa beradaptasi dengan kehidupan modern.
Ia mengatakan, terbentuknya perkampungan KAT Sungai Teras ketika pemerintah pusat melalui Dinas Sosial Provinsi Sumsel pada 2008 dan 2009 membangun 35 unit perumahan.
Selain itu, pemerintah juga telah membangun satu unit balai pertemuan desa, balai kesehatan, sekolah dan jalan, sedangkan sarana lainnya seperti masjid atau mushalla, MCK (mandi, cuci dan kakus) serta beberapa kebutuhan lainnya belum ada.
"KAT tersebut saat ini juga membutuhkan tenaga penyuluh agama (ustadz) dan guru untuk memperkuat mental dan spritual mereka," ujarnya.
Menurut dia, pihaknya sudah mengajukan permintaan bantuan kepada pemerintah kabupaten untuk membangun sarana peribadatan berupa masjid atau langgar, sarana MCK, bantuan usaha kolam ikan, peralatan peribadatan dan untuk mengurus jenazah seperti kain kafan, keranda, maupun peralatan penggalian makam, serta ahli agama.
Kepala Dinas Sosial Musi Rawas Faisol menambahkan, KAT saat ini sudah hidup menetap dan tidak lagi berpindah-pindah. Mereka bermukim di sembilan lokasi antara lain di Desa Tebing Tinggi sebanyak 115 KK, di Desa Semangus Lama 60 KK, sedangkan di lokasi permukiman Rompok Panglero dan Desa Harapan Makmur sebanyak 35 KK atau 138 jiwa.
"Terdapat juga di Desa Sungai Kijang 78 KK, Desa Sungai Jernih 46 KK, Desa Muara Tiku 49 KK, Desa Sukaraya 18 KK, serta Desa Ketuan Jaya delapan KK," katanya.
(T.KR-NMD//E005)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
"Mereka mulai belajar hidup layak dan membaur dengan masyarakat lokal, tidak lagi hidup berpindah-pindah," kata pembina Komunitas Adat Terpencil (KAT) Sungai Teras Sudirman, di Musi Rawas.
Komunitas adat yang dulu disebut suku Kubu di daerah itu berjumlah 138 jiwa atau 35 kepala keluarga (KK). Mereka sebelumnya hidup berpindah-pindah dengan mata pencaharian utama berburu, mencari umbi-umbian dan madu.
"Saat ini kehidupan kelompok tersebut mulai mengalami kemajuan dan telah menetap dengan mata pencarian bertani dan berkebun karet," katanya.
Meski sarana dan prasarana yang dimiliki kampung mereka masih kurang, terutama untuk sarana pendidikan, peribadatan dan sarana umum lainnya, mereka mulai bisa beradaptasi dengan kehidupan modern.
Ia mengatakan, terbentuknya perkampungan KAT Sungai Teras ketika pemerintah pusat melalui Dinas Sosial Provinsi Sumsel pada 2008 dan 2009 membangun 35 unit perumahan.
Selain itu, pemerintah juga telah membangun satu unit balai pertemuan desa, balai kesehatan, sekolah dan jalan, sedangkan sarana lainnya seperti masjid atau mushalla, MCK (mandi, cuci dan kakus) serta beberapa kebutuhan lainnya belum ada.
"KAT tersebut saat ini juga membutuhkan tenaga penyuluh agama (ustadz) dan guru untuk memperkuat mental dan spritual mereka," ujarnya.
Menurut dia, pihaknya sudah mengajukan permintaan bantuan kepada pemerintah kabupaten untuk membangun sarana peribadatan berupa masjid atau langgar, sarana MCK, bantuan usaha kolam ikan, peralatan peribadatan dan untuk mengurus jenazah seperti kain kafan, keranda, maupun peralatan penggalian makam, serta ahli agama.
Kepala Dinas Sosial Musi Rawas Faisol menambahkan, KAT saat ini sudah hidup menetap dan tidak lagi berpindah-pindah. Mereka bermukim di sembilan lokasi antara lain di Desa Tebing Tinggi sebanyak 115 KK, di Desa Semangus Lama 60 KK, sedangkan di lokasi permukiman Rompok Panglero dan Desa Harapan Makmur sebanyak 35 KK atau 138 jiwa.
"Terdapat juga di Desa Sungai Kijang 78 KK, Desa Sungai Jernih 46 KK, Desa Muara Tiku 49 KK, Desa Sukaraya 18 KK, serta Desa Ketuan Jaya delapan KK," katanya.
(T.KR-NMD//E005)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012