Tokyo (ANTARA Bengkulu) - Seorang tentara Amerika Serikat tersangka pemukul wajah siswa Jepang di Okinawa meminta maaf, kata pejabat pada Senin.
Tentara berumur 24 tahun itu, anggota pangkalan Angkatan Udara Amerika Serikat Kadena, menemui orang tua anak itu pada Sabtu sore di desa Yomitan, Okinawa tengah, kata pejabat desa, pada saat rasa anti-Amerika Serikat meningkat di sana.
Pria itu, yang namanya dirahasiakan, diduga masuk apartemen dan memukul remaja 13 tahun itu setelah minum di kedai desa saat jam malam.
"Dengan ditemani seniornya, pria itu mengatakan kepada orangtua tersebut bahwa ia melakukan sesuatu tak termaklumi dan menyatakan sangat menyesal," kata pejabat itu.
"Orangtua itu mengatakan kepadanya bahwa mereka ingin ia diadili di pengadilan Jepang dan pria itu menjawab bahwa ia siap melakukannya," kata pejabat itu, dengan menambahkan bahwa anak tersebut mendengarkan percakapan itu dari pemantau di kamar berbeda.
Prajurit Amerika Serikat itu masih tinggal di pangkalan tersebut, tapi dikirim untuk diperiksa polisi Jepang, yang belum mengeluarkan perintah penangkapan.
Petinggi Amerika Serikat memberlakukan jam malam di seluruh negara terhadap semua tentaranya di Jepang setelah dua prajurit ditangkap atas tuduhan memperkosa seorang wanita Jepang di Okinawa pada Oktober.
Perkara itu memicu kemarahan di Okinawa, tuan rumah setengah hati atas lebih dari setengah dari 47.000 tentara Amerika Serikat di Jepang.
Washington menganggap pulau itu benteng strategis penting di kawasan tersebut, namun warganya muak memikul yang mereka katakan beban tidak sesuai bagi hubungan Jepang-Amerika Serikat.
Peristiwa itu terjadi di tengah perebakan unjukrasa atas penempatan pesawat Osprey, dengan penduduk setempat menyuarakan kekhawatiran tentang catatan buruk keamanan pesawat tersebut.
Pada September puluh ribuan orang berunjuk rasa menentang Osprey, yang dapat lepas landas dan mendarat seperti helikopter dan terbang seperti pesawat.
Washington menganggap pulau itu pangkalan strategis penting di kawasan tersebut, yang semakin memperlihatkan peningkatan kekuatan tentara China.(ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
Tentara berumur 24 tahun itu, anggota pangkalan Angkatan Udara Amerika Serikat Kadena, menemui orang tua anak itu pada Sabtu sore di desa Yomitan, Okinawa tengah, kata pejabat desa, pada saat rasa anti-Amerika Serikat meningkat di sana.
Pria itu, yang namanya dirahasiakan, diduga masuk apartemen dan memukul remaja 13 tahun itu setelah minum di kedai desa saat jam malam.
"Dengan ditemani seniornya, pria itu mengatakan kepada orangtua tersebut bahwa ia melakukan sesuatu tak termaklumi dan menyatakan sangat menyesal," kata pejabat itu.
"Orangtua itu mengatakan kepadanya bahwa mereka ingin ia diadili di pengadilan Jepang dan pria itu menjawab bahwa ia siap melakukannya," kata pejabat itu, dengan menambahkan bahwa anak tersebut mendengarkan percakapan itu dari pemantau di kamar berbeda.
Prajurit Amerika Serikat itu masih tinggal di pangkalan tersebut, tapi dikirim untuk diperiksa polisi Jepang, yang belum mengeluarkan perintah penangkapan.
Petinggi Amerika Serikat memberlakukan jam malam di seluruh negara terhadap semua tentaranya di Jepang setelah dua prajurit ditangkap atas tuduhan memperkosa seorang wanita Jepang di Okinawa pada Oktober.
Perkara itu memicu kemarahan di Okinawa, tuan rumah setengah hati atas lebih dari setengah dari 47.000 tentara Amerika Serikat di Jepang.
Washington menganggap pulau itu benteng strategis penting di kawasan tersebut, namun warganya muak memikul yang mereka katakan beban tidak sesuai bagi hubungan Jepang-Amerika Serikat.
Peristiwa itu terjadi di tengah perebakan unjukrasa atas penempatan pesawat Osprey, dengan penduduk setempat menyuarakan kekhawatiran tentang catatan buruk keamanan pesawat tersebut.
Pada September puluh ribuan orang berunjuk rasa menentang Osprey, yang dapat lepas landas dan mendarat seperti helikopter dan terbang seperti pesawat.
Washington menganggap pulau itu pangkalan strategis penting di kawasan tersebut, yang semakin memperlihatkan peningkatan kekuatan tentara China.(ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012