Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Para petani kopi di sentra produksi Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu, mempertahankan kopi jenis robusta sebagai ciri khas Bengkulu.
"Meskipun ada petani lainnya mengembangkan bibit kopi unggul dari luar, namun jenis kopi robusta lokal tetap dipertahankan," kata seorang petani kopi di Benuanggaling, Kepahiang Anharudin, Kamis. Ia mengatakan, tanaman kopi robusta selama ini masih menggunakan pola tradisonal dan belum dibuat pola stek, sehingga produksinya satahun sekali panen.
Namun bila dibuat pola stek akan berproduksi setiap bulan dan usia panennya juga lebih singkat dan sama dengan kopi bibit unggul dari wilayah Sumatra Utara jenis Sigararutang. "Kami tetap mempertahankan kopi robusta sebagai kopi unggulan Bengkulu karena pada era tahun 90-an kopi dari Benuanggaling pernah menjadi contoh nasional," ujarnya.
Padahal tanaman kopi tersebut masih tradisonal, namun pengelolaannya lebih intensif setiap hektare bisa menghasilkan tiga hingga empat ton pada saat panen raya. Ke depan para petani kopi di daerah itu minta bantuan penyuluhan dan bibit stek dari pemerintah untuk mengembangkan kopi tersebut, ujarnya.
Peneliti Tanaman Perkebunan Bengkulu Edi Sugiarto mengatakan, kopi jenis rebosta Bengkulu ternyata sangat unggul baik dari segi ketahanan tanaman, buah hingga harga pasar.
Namun selama ini kopi tersebut belum dibididayakan secara teknologi moderen, sehingga nama dan hasilnya dimanfaatkan daerah tetangga antara lain Lampung dan Sumsel. "Saya sudah menyarankan kopi resbotas Bengkulu dikembangkan dengan pola teknologi moderen melalui balai penelitian di Jawa Timur, sehingga bisa dikembangkan ke seluruh tanah air dengan nama kopi Bengkulu," ujarnya.
Seorang pedagang pengumpul kopi Bengkulu Edi Kasim mengatakan, harga biji kopi asalan pekan ini Rp15.500 naik tipis dari sebelumnya Rp15.000/kg. Sedangkan harga biji coklat asalan dibeli Rp18.500 juga naik dari sebelumnya bertahan Rp18.000/kg, ujarnya.(Z005)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
"Meskipun ada petani lainnya mengembangkan bibit kopi unggul dari luar, namun jenis kopi robusta lokal tetap dipertahankan," kata seorang petani kopi di Benuanggaling, Kepahiang Anharudin, Kamis. Ia mengatakan, tanaman kopi robusta selama ini masih menggunakan pola tradisonal dan belum dibuat pola stek, sehingga produksinya satahun sekali panen.
Namun bila dibuat pola stek akan berproduksi setiap bulan dan usia panennya juga lebih singkat dan sama dengan kopi bibit unggul dari wilayah Sumatra Utara jenis Sigararutang. "Kami tetap mempertahankan kopi robusta sebagai kopi unggulan Bengkulu karena pada era tahun 90-an kopi dari Benuanggaling pernah menjadi contoh nasional," ujarnya.
Padahal tanaman kopi tersebut masih tradisonal, namun pengelolaannya lebih intensif setiap hektare bisa menghasilkan tiga hingga empat ton pada saat panen raya. Ke depan para petani kopi di daerah itu minta bantuan penyuluhan dan bibit stek dari pemerintah untuk mengembangkan kopi tersebut, ujarnya.
Peneliti Tanaman Perkebunan Bengkulu Edi Sugiarto mengatakan, kopi jenis rebosta Bengkulu ternyata sangat unggul baik dari segi ketahanan tanaman, buah hingga harga pasar.
Namun selama ini kopi tersebut belum dibididayakan secara teknologi moderen, sehingga nama dan hasilnya dimanfaatkan daerah tetangga antara lain Lampung dan Sumsel. "Saya sudah menyarankan kopi resbotas Bengkulu dikembangkan dengan pola teknologi moderen melalui balai penelitian di Jawa Timur, sehingga bisa dikembangkan ke seluruh tanah air dengan nama kopi Bengkulu," ujarnya.
Seorang pedagang pengumpul kopi Bengkulu Edi Kasim mengatakan, harga biji kopi asalan pekan ini Rp15.500 naik tipis dari sebelumnya Rp15.000/kg. Sedangkan harga biji coklat asalan dibeli Rp18.500 juga naik dari sebelumnya bertahan Rp18.000/kg, ujarnya.(Z005)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012