Pekanbaru (ANTARA Bengkulu) - Puluhan mahasiswa pencinta alam dari berbagai universitas yang tergabung dalam Aliansi Anti Perburuan dan Perdagangan Satwa Lindung melakukan aksi solidaritas untuk mendesak pengungkapan kasus kematian Gajah Sumatera.
Aksi dilakukan di Kantor Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau, di Pekanbaru, Kamis.
Sejumlah mahasiswa dengan mewarnai wajah mereka menyerupai gajah dan harimau Sumatera, mendatangi kantor BBKSDA sambil membawa spanduk besar yang bertuliskan desakan agar ada supremasi hukum dan keseriusan pemerintah untuk menangkap pelaku pembunuhan satwa.
Aksi tersebut terlihat unik dengan kehadiran sejumlah mahasiswa yang mengenakan kostum harimau dan orangutan. Mereka melakukan "longmarch" sejauh sekitar tiga kilometer menuju kantor BBKSDA, dan melakukan aksi teatrikal.
"Keseriusan pemerintah untuk melindungi satwa yang dilindungi sangat kurang, buktinya selama 2004-2012 belum ada kasus pembunuhan satwa yang sampai ke pengadilan," ujar koordinator aksi, Zulkifli.
Lemahnya penegakan hukum tersebut, lanjutnya, makin parah karena pada tahun 2012 ini sudah ada 15 gajah Sumatera yang mati di Riau.
"Sampai sekarang penanganan kasus kematian gajah juga tak jelas," katanya.
Karena itu, mahasiswa mendesak BBKSDA untuk melakukan langkah nyata dalam penegakan hukum terkait kasus tersebut.
"Kami juga meminta pemerintah mengevaluasi kinerja pemerintah daerah dalam penanganan perlindungan satwa dilindungi dan proses hukumnya," katanya.
Selama kurun Januari hingga November 2012, sudah ada 15 ekor Gajah Sumatera (elephas maximus sumatranus) ditemukan mati di Provinsi Riau. Sebagian besar gajah itu mati di landskap Taman Nasional Tesso Nilo.
Menanggapi aksi mahasiswa, Kepala BBKSDA Riau Ahmad Sairoji mengatakan sangat mengapresiasi hal itu sebagai bentuk dukungan positif dalam perlindungan satwa di Riau.
"Yang diperlukan sekarang adalah kita semua duduk bersama untuk mencari solusi untuk menyelamatkan satwa liar di Riau, seperti gajah dan harimau Sumatera," ujarnya.
Ia menambahkan, BBKSDA berencana untuk membentuk satuan tugas (task force) yang berisi seluruh pemegang kepentingan baik pemerintah dan swasta.
"Satuan tugas itu akan berisi unsur pemerintah, perusahaan swasta, dan masyarakat yang akan menumbuhkan kesadaran untuk melindungi satwa dan habitatnya," kata Ahmad Sairoji. (ANTARA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
Aksi dilakukan di Kantor Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau, di Pekanbaru, Kamis.
Sejumlah mahasiswa dengan mewarnai wajah mereka menyerupai gajah dan harimau Sumatera, mendatangi kantor BBKSDA sambil membawa spanduk besar yang bertuliskan desakan agar ada supremasi hukum dan keseriusan pemerintah untuk menangkap pelaku pembunuhan satwa.
Aksi tersebut terlihat unik dengan kehadiran sejumlah mahasiswa yang mengenakan kostum harimau dan orangutan. Mereka melakukan "longmarch" sejauh sekitar tiga kilometer menuju kantor BBKSDA, dan melakukan aksi teatrikal.
"Keseriusan pemerintah untuk melindungi satwa yang dilindungi sangat kurang, buktinya selama 2004-2012 belum ada kasus pembunuhan satwa yang sampai ke pengadilan," ujar koordinator aksi, Zulkifli.
Lemahnya penegakan hukum tersebut, lanjutnya, makin parah karena pada tahun 2012 ini sudah ada 15 gajah Sumatera yang mati di Riau.
"Sampai sekarang penanganan kasus kematian gajah juga tak jelas," katanya.
Karena itu, mahasiswa mendesak BBKSDA untuk melakukan langkah nyata dalam penegakan hukum terkait kasus tersebut.
"Kami juga meminta pemerintah mengevaluasi kinerja pemerintah daerah dalam penanganan perlindungan satwa dilindungi dan proses hukumnya," katanya.
Selama kurun Januari hingga November 2012, sudah ada 15 ekor Gajah Sumatera (elephas maximus sumatranus) ditemukan mati di Provinsi Riau. Sebagian besar gajah itu mati di landskap Taman Nasional Tesso Nilo.
Menanggapi aksi mahasiswa, Kepala BBKSDA Riau Ahmad Sairoji mengatakan sangat mengapresiasi hal itu sebagai bentuk dukungan positif dalam perlindungan satwa di Riau.
"Yang diperlukan sekarang adalah kita semua duduk bersama untuk mencari solusi untuk menyelamatkan satwa liar di Riau, seperti gajah dan harimau Sumatera," ujarnya.
Ia menambahkan, BBKSDA berencana untuk membentuk satuan tugas (task force) yang berisi seluruh pemegang kepentingan baik pemerintah dan swasta.
"Satuan tugas itu akan berisi unsur pemerintah, perusahaan swasta, dan masyarakat yang akan menumbuhkan kesadaran untuk melindungi satwa dan habitatnya," kata Ahmad Sairoji. (ANTARA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012