Banda Aceh (ANTARA Bengkulu) - Rencana pembangunan pabrik garam beryodium di Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh saat ini upaya menuju industrialisasi yang selama ini dikelola secara tradisonal oleh masyarakat bumi Rencong tersebut.
Pembangunan pabrik garam itu didukung Aceh Development Fund (ADF) didukung pembiayaan multi donor fund, kata program manajer Program Teknologi Ramah Lingkungan untuk Industri Proses Perikanan (Terapan) Faisal Hadi di Bireuen, Sabtu.
Ia menyebutkan, dana yang dialokasikan untuk pembangunan pabrik garam beryodium di Bireuen itu senilai Rp561 juta, jika beroperasi, pabrik itu akan mampu memproduksi tiga ton garam beryodium/hari.
Peletakan batu pertama sebagai titik awal pembangunan pabrik garam beryodium ADF dan tiga mitranya yakni Fakultas Teknik Unsyiah, An-Nisaa Centre, dan Perkumpulan BIMA melalui program Terapan itu dilakukan Bupati Bireuen Nurdin Abdul Rahman, Sabtu.
Program berbasis masyarakat itu dari hibah MDF melalui proyek Fasilitas Pembiayaan Pembangunan Ekonomi (EDFF) Aceh.
"Garam yang dihasilkan secara tradisional bakal ditampung oleh pabrik untuk selanjutnya diolah, dan kedepan diharapkan petani garam tradisional tidak mengalami kesulitan dalam memasarkan produknya," kata Faisal Hadi.
Selain itu, pihaknya juga akan memberikan berbagai macam pelatihan kepada para pengurus koperasi perempuan yang telah dibentuk dan masyarakat penerima manfaat program Terapan secara berbarengan dengan pembangunan fisik pabrik.
"Dengan harapan industri iodisasi garam di Bireuen akan terus berkembang dan berkelanjutan meskipun program Terapan yang akan berakhir pada Agustus 2012. Kami juga berharap perhatian serius Pemerintah Bireuen untuk terus mendampingi masyarakat," kata dia mengharapkan.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina ADF Yusny Sabi, mengharapkan Pemerintah Bireuen terus membina koperasi perempuan yang dibentuk melalui program Terapan sehingga perekonomian warga pesisir meningkat.
"Saya yakin masyarakat telah berpikir jauh ke depan karena dengan berdirinya pabrik garam beryodium akan memberikan manfaat besar bagi warga Bireuen," katanya.(Ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
Pembangunan pabrik garam itu didukung Aceh Development Fund (ADF) didukung pembiayaan multi donor fund, kata program manajer Program Teknologi Ramah Lingkungan untuk Industri Proses Perikanan (Terapan) Faisal Hadi di Bireuen, Sabtu.
Ia menyebutkan, dana yang dialokasikan untuk pembangunan pabrik garam beryodium di Bireuen itu senilai Rp561 juta, jika beroperasi, pabrik itu akan mampu memproduksi tiga ton garam beryodium/hari.
Peletakan batu pertama sebagai titik awal pembangunan pabrik garam beryodium ADF dan tiga mitranya yakni Fakultas Teknik Unsyiah, An-Nisaa Centre, dan Perkumpulan BIMA melalui program Terapan itu dilakukan Bupati Bireuen Nurdin Abdul Rahman, Sabtu.
Program berbasis masyarakat itu dari hibah MDF melalui proyek Fasilitas Pembiayaan Pembangunan Ekonomi (EDFF) Aceh.
"Garam yang dihasilkan secara tradisional bakal ditampung oleh pabrik untuk selanjutnya diolah, dan kedepan diharapkan petani garam tradisional tidak mengalami kesulitan dalam memasarkan produknya," kata Faisal Hadi.
Selain itu, pihaknya juga akan memberikan berbagai macam pelatihan kepada para pengurus koperasi perempuan yang telah dibentuk dan masyarakat penerima manfaat program Terapan secara berbarengan dengan pembangunan fisik pabrik.
"Dengan harapan industri iodisasi garam di Bireuen akan terus berkembang dan berkelanjutan meskipun program Terapan yang akan berakhir pada Agustus 2012. Kami juga berharap perhatian serius Pemerintah Bireuen untuk terus mendampingi masyarakat," kata dia mengharapkan.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina ADF Yusny Sabi, mengharapkan Pemerintah Bireuen terus membina koperasi perempuan yang dibentuk melalui program Terapan sehingga perekonomian warga pesisir meningkat.
"Saya yakin masyarakat telah berpikir jauh ke depan karena dengan berdirinya pabrik garam beryodium akan memberikan manfaat besar bagi warga Bireuen," katanya.(Ant)
Editor : Indra Gultom
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012